#BlogArchive1 .widget-content{ height:200px; width:auto; overflow:auto; }

Thursday, February 28, 2013

I Love Them♡

Cerita ini aku rangkum ketika aku mulai beranjak remaja, ketika aku telah mengerti apa itu cinta, ketika aku telah bisa membedakan mana yang baik dan mana pula yang buruk. Aku berusaha untuk menjadi dewasa, aku berusaha untuk menjadi yang  terbaik untuk kedua orangtua-ku. Aku mengerti, perjuangan mereka memang tak semudah yang ku bayangkan, meskipun aku tak mengerti seperti apa perjuangan itu, namun aku percaya perjuangan mereka, bukanlah perjuangan yang abal-abal atau hanya sekedar pembicaraan. –Maudy-

Pagi hari yang amat cerah. Matahari muncul dari ufuk timur dengan wajah merah meronanya, seakan dia siap menerangi bumi  pertiwi ini. Haphap seharusnya di pagi yang cerah ini semua orang terbangun dengan wajah ceria dan senyum merona, namun berbeda dengan Maudy……..
                 
“Nek, aku lapar!”Ucap gadis berambut hitam pekat sebahu itu sembari berusaha menghilangkan rasa kantuk yang amat melandanya.Namun tidak ada satu jawaban pun yang terdengar di telinga gadis itu, gadis itu berusaha kembali berteriak, namun tetap tidak satu sahutan pun terdengar.
Gadis itu memantapkan langkahnya ke arah halaman depan rumah neneknya. Ya memang sudah seminggu ini Maudy di titipkan ke rumah neneknya karna ada suatu hal yang harus di urus oleh kedua orang tua Maudy ke luar kota. Sebenarnya Maudy bisa tinggal di rumah sendirian lalu mengajak teman-teman sepergaulannya untuk menginap di rumahnya, namun kedua orang tua Maudy kurang setuju akan hal itu, sehingga mau tidak mau Maudy harus di titipkan di rumah neneknya.

                “Mbak Maudy cari embah uti ya?”Sapa salah satu tetangga dekat rumah nenek Maudy.Perempuan paruh baya itu berjalan sembari menghampiri Maudy dengan bakul khas yang di gendongnya.Tampak wajah semangat yang membara dari dalam tubuh perempuan itu.Maudy hanya mengangguk sembari tersenyum.
                “Mbah uti ada di sawah mbak, mbah uti adalah sosok perempuan yang rajin dan memiliki semangat yang kuat, sudah sejak shubuh tadi mbah uti bekerja, mulai dari membersihkan rumah sampai harus merawat sawahnya sendiri, ketika ada yang ingin membantu, beliau selalu menolak, begini katanya “aku iso ngrawat dewe nduk, gak usah di ewangi ora popo!”. Terkadang ibu juga tidak tega melihat mbah uti yang dengan umur tuanya harus tetap bekerja sekeras itu”.Ujar ibu paruh baya tadi yang menyapa Maudy, kemudian sedikit bercerita tentang kehidupan nenek Maudy sebenarnya.Perlahan air mata Maudy mulai membendung di sekitar mata Maudy.Maudy mencoba bertahan untuk tidak menangis, dia hanya tersenyum mendengar cerita tentang neneknya itu.
                “Jadi selama ini nggak ada yang membantu nenek bekerja?Semuanya nenek lakuin sendiri? Lalu apa yang di lakukan om sama tante saya di rumah nenek? Mereka kan juga tinggal bersama nenek?”. Fikiran Maudy pun semakin tak terarah, dia mulai memikirkan kesehatan neneknya, apa yang dilakukan om sama tante-nya selama ini, Maudy tak habis pikir. Seketika ibu itu terdiam dan hanya berkata “Entahlah mbak, ibu juga ndak tau!”Perempuan paruh baya itu menghentikan pembicaraanya dan melanjutkan tujuannya untuk pergi ke sawah.
Sedangkan Maudy bergegas mengambil jacket di kamarnya dan menyusul neneknya ke sawah.
                “Nenek!Ini Maudy nek”.Ujar Maudy sembari melambaikan tangannya ke arah perempuan tua di tengan sawah yang terlihat sedang menanam padi.Gerakannya terlihat gesit dan cepat meskipun dengan umurnya yang bisa di bilang sudah setengah Abad.

Wajah lelah, capek, dan tak berdaya itu seketika hilang ketika perempuan tua itu melihat cucu kesayangannya menghampirinya di sawah.  Lalu mata pandanya menatap Maudy dengan senyum teduh.
Langit malam berhiaskan jutaan bintang menjadi atap bagi bumi mala ini.Cahaya bintang yang terpancar berkelap-kelip menerangi bumi pertiwi dengan jarak yang jauh.Tak lupa, bulan purnama yang berbentuk bulat penuh juga ikut menerangi bumi dengan sinarnya yang tercipta dari pantulan cahaya matahari. Begitu pula suasana di desa yang amat damai, jauh dari kebisingan kota, jauh dari kota yang metropolitan.
Maudy menatap kosong ke arah bintang-bintang di langit, ia mulai memikirkan sesuatu hal yang amat mengganjal dalam fikirannya. “Huft udah 1 bulan lebih aku gak ada komunikasi sama sahabat-sahabat disana, udah 1 bulan lebih aku gak mainin akun jejaring social-ku, facebook, twitter, blogspot, BBM, soundcloud, whatsapp!! AAA apa kabar teman dunia maya-ku, Hufft aku rindu dunia itu, aku kangeeen!!”Teriak Maudy seketika. Tanpa Ia sadari ternyata nenek-nya diam-diam menguping curhatan Maudy.
                “Maafin nenek ya Dy, maafin nenek yang ndak bisa ngasih kamu apa-apa, maafin nenek yang satu bulan ini hanya merawat kamu seadanya, ndak bisa ngasih kamu suatu hal yang mewah dan ngebuat kamu senang, maafin nenek ya Dy”.Ujar perempuan tua itu sembari membawa secangkir teh hangat dalam genggamannya, seketika air mata bening itu mengalir perlahan, membasahi pipinya yang mulai berkeriput.Maudy mulai membasuh air mata itu dengan tangan lembutnya, lalu memeluk perempuan tua itu perlahan.
                “Harusnya Maudy yang minta maaf nek, Maudy yang salah, sudah satu bulan ini Maudy jadi anak yang manja, minta ini dan itu ke nenek tanpa melihat jerih payah nenek buat Maudy, Maudy anak yang gak baik nek, Maudy anak yang jahat, Maudy anak manja, Maudy anak yang belum bisa bikin nenek dan Ayah serta Ibu bangga, maafin Maudy nek, tapi Maudy bangga punya nenek kaya nenek Maudy yang rajin dan kiat bekerja meski di usai senja, Maudy sayang nenek!”. Ujar Maudy sembari memeluk perlahan sosok perempuan yang ia kagumi di hadapannya itu.

#Pagiharinya………
Seorang lelaki seumuran Maudy terlihat sedang membersihkan halaman depan rumahnya, ia hanya memakai kaos seadanya serta celana yang sepertinya hanya jahitan sederhana, bukan jahitan dari distro-distro ternama seperti baju-baju milik Maudy. Lelaki itu terlihat cekatan, seolah dia tidak ingin membuang waktunya sia-sia.Maudy terus menatapnya, diam-diam ada bercak kagum dalam diri Maudy.Tiba-tiba lelaki itu menoleh ke arah Maudy.Dan Jreeeng muka Maudy terlihat merah merona, persis seperti udang rebus.
Perlahan lelaki itu hanya sesekali melihat keberadaan Maudy yang berada di seberang jalan, namun semakin lama lelaki ituterus memandangi Maudy.Ia mulai mengernyitkan kedua alisnya, bingan dengan keberadaan sosok bidadari manis dalam pandangannya, mungkin ia merasa pernah kenal dengan Maudy. Maudy yang ketakutan buru-buru berlari ke arah rumah neneknya, namun lelaki itu mengejar dan terus mengejar. Hingga terjadi aksi kejar-kejaran antara Maudy dengan lelaki itu.

                “Maudy, Maudy”. Lelaki itu berteriak memanggil nama Maudy. Maudy menghentikan langkah larinya seketika.
                “Ini buku sama boneka kamu”.Ujar lelaki yang terlihat sederhana namun senyum manisnya tak dapat dihindarkan.
                “Ini kaaaaaaan?........” Maudy mulai berfikir, ia mulai flashback ke masa lalu, sekitar 6 tahun yang lalu. Dimana ketika ia liburan di rumah neneknya dan kehilangan 2 benda kesayangannya, yaitu notebook dan boneka gummy-nya.
                “Jadi kamuuu?”Ujar Maudy kembali.Lelaki itu hanya tersenyum simpul.
                “Aku gak nyangka kamu yang bawa boneka sama notebook ini, kenapa waktu aku pulang kesini kamu gak mau kasih 2 benda ini ke aku?Waktu Lebaran kan aku pasti ke rumah nenek Ren”.
                “Aku gak mau ganggu kebahagiaan kamu Dy, maaf 2 benda itu aku bawa bertahun-tahun”.Ujar lelaki itu yang terlihat merasa bersalah.
                “Yaudah sih nyantai aja kali Ren, btw kamu juga liburan disini ya Ren?”.
                “Enggak, aku tinggal disini Dy, aku tinggal sama nenek aku, orangtua-ku merantau di Kota, aku gak tega kalau harus ninggalin nenek sendirian disini”.  Ujar lelaki itu sembari  menatap rindang mata Maudy. Seketika Maudy teringat sama nenek-nya. Maudy mencoba untuk tidak menangis kembali di hadapan sahabat karibnya semasa kecil. Mereka berdua saling mencurahkan isi hati satu sama lain, mereka  berdua mulai menceritakan kisah hidup mereka masing-masing.

Maudy P.O.V.
                Nenek terlihat sedih ketika aku harus berpamitan dengan-nya.Air mata berkilau-nya benar-benar tak dapat di bendung lagi. Aku pun menangis ketika harus memeluk sosok perempuan yang selama ini telah menyadarkanku tentang apa itu arti kehidupan sebenarnya. Dan bukan hanya karna nenek saja yang membuatku amat sedih meninggalkan desa ini, namun karna dia aku benar-benar sedih dan tak rela. Ayah dan Ibu pun berpamitan pada nenek, aku mulai memasuki mobil, begitu pula dengan Ayah dan Ibu. “Kamu kesini plis cegah aku, cegah! Atau paling tidak kasih aku kenangan buat ngenang kamu Ren, kamu dimana sekarang?!”.Cemas-cemas harap aku mengharapkannya untuk datang.Sayup-sayup klakson mobil mungkin semakin tak terdengar dari arah rumah nenek yang semakin menjauh.Aku mulai memeluk boneka yang sejak lama di bawa Rendy dan berharap kedatangannya.
Tiba-tiba mobil Ayah berhenti seketika, mungkin hanya ada seekor kucing yang menyebrang dan Ayah tak mengetahuinya. Aku tetap membolak-balikkan notebook-ku 6 tahun yang lalu.Dari arah luar tiba-tiba ada yang mengetuk jendela mobil dimana aku duduk.

                “Maudy, keluar sebentar” Ucapnya. Aku memandang ke arah Ayah dan Ibu pertanda untuk minta ijin, dan mereka berdua mengangguk.
                “Kenapa kamu barusan kesini?”.Ujarku dengan wajah murung.
                “Maaf Dy, ini aku punya sesuatu buat kamu, kamu buka kalau uda sampai rumah ya, jaga diri kamu disana baik-baik, inget perkataan-ku kemarin.Kamu adalah anak yang hidup sudah lebih baik dari anak di bawah kamu yang kurang beruntung.Kamu harus bisa buat orang tua kamu bangga. Jangan pernah mengecewakan perjuangan mereka ya Dy. Jujur aku masih suka sama kamu. Gih cepet berangkat, nanti kesiangan”.

                Aku memasuki mobil perlahan, dia melihatku sembari melambaikan tangan perlahan dengan sepeda buntut di sampingnya.Aku melihatnya tersenyum.“Trimakasih nek, trimakasih Ren, kalian mengajariku banyak pengalaman kehidupan yang gak akan pernah aku lupakan”.Aku tersenyum sembari memeluk bingkisan yang di berikan Rendy tadi.
Aku memulai pembicaraan. “Ayah Ibu maafin Maudy ya selama ini Maudy Cuma bisa jadi anak yang menuntut, Cuma bisa jadi anak yang manja, Cuma bisa minta, tapi Maudy sama sekali ga pernah bikin Ayah sama Ibu bangga, maafin Maudy ya Bu Yah”. Ayah hanya tersenyum, sedangkan ibu perlahan mulai meneteskan air mata.

                “Perjuangan Ayah sama Ibu gak ada apa-apanya di banding kamu nak, kamu semangat hidup Ibu sama Ayah, justru Ibu bangga punya anak kaya Maudy, Ibu juga sayang banget sama Maudy”. Ujar Ibu sembari mengambil helai demi helai tissue mobil.
                “Intinya Ayah, Ibu, Nenek itu pahlawan hidup Maudy, Ibu Ayah dan Nenek selalu mengajarkan kehidupan social yang abadi, tapi Maudy  gak pernah ngehargain itu, maafin Maudy ya bu, Maudy janji deh bakalan bikin Ibu sama Ayah bangga, janji, hehe”. Ucapku sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengah-ku membentuk huruf ‘V’.
                “Kamu semangat hidup Ayah Maudy, kalau setetes air mata Ayah bisa membuat kamu selalu tersenyum dan bahagia, maka setiap detik Ayah akan menangis demi melihat kamu tersenyum bahagia. Ayah akan mengorbankan jiwa raga Ayah hanya untuk kamu Maudy”. Ujar Ayah dalam hati.
                “Udah dong nangisnya, hehe, sekarang gimana kalau kita liburaaan? Yeeee!! Yippy!!” . Ujarku dengan semangat yang tentunya membuat Ayah dan Ibu kembali tersenyum. “Maudy sayang kalian”.Batinku tersenyum.

No comments:

Post a Comment