Headphone Misterius X_X
Rintik hujan turun perlahan
menyirami bumi pertiwi dengan derasnya, semakin lama hujan pun semakin deras.
Gemericik air terdengar jelas dalam gendang telingaku. Air hujan terlihat
menetes di sela-sela jendela kamarku.gemuruh petir yang amat keras menyambar
hingga ke kolong langit. Pohon mangga yang tepat berada di samping jendela
kamarku terlihat bak seorang penari yang menari dengan moleknya. Sedari tadi
aku pun hanya termenung tepat di depan jendela kamarku, menikmati derasnya
hujan yang ada. Embun pun terbentuk ketika aku perlahan menghembuskan sedikit
demi sedikit nafasku. Hingga ku tulis sebuah kalimat dari embun tersebut “Ayah
I Miss You!”
Aku tetap mematung di depan
jendela kamarku, berharap ayah akan menampakkan wajahnya dan tersenyum
kepadaku. Tiba-tiba dering telpon dari handphone yang tepat berada di saku
kananku membubarkan semua lamunan serta harapanku. Lagu dari sebuah grup band
“Seventeen – Ayah” membuatku kembali meneteskan air mata dan teringat akan
ayah, ya itulah dering telpon dari ponsel ku!.
“Halo..”
“Halo..” aku berusaha
mengucapkannya hingga berulang kali, namun tak ada suara apapun yang membalas
sapaanku. Hingga telpon itu di tutup kembali oleh sang penelpon. Ini membuatku
penasaran, karna tak ada nama ataupun nomer yang tertera, meliankan sebuah
tulisan “Private Number” siapa dia?aku pun masih bertanya-tanya!. Hingga
akhirnya mama memanggilku untuk turun dan makan bersama “Baik ma, Felly akan
turun!” balasku agar mama tak khawatir.
Aku meletakkan ponsel tepat
di samping bantalku, lalu ku tutup jendela kamar ku agar udara dingin tidak
semakin mencekam di kamar ku ini.tiba-tiba “tuk..tuk..tuk” rasanya seperti ada
seseorang yang telah mengetuk jendela kamarku, aku berpaling menoleh ke arah
jendela, perlahan. aku jalan mengendap-endap hingga aku melihat ke luar
jendela, namun “nothing” tidak ada siapapun disana.yang ada hanya gemericik
hujan serta gemuruh petir yang semakin menggelegar. Aku berpaling dari jendela
kamar ku dan jalan menuju pintu serta menutupnya perlahan.
#Sekolah..
“Felly!” teriak seorang
perempuan berambut pendek sebahu yang terlihat tergesa-gesa mencoba untuk
menghampiriku, tak salah lagi, itu adalah Leni, sahabatku.
“Leni, tumben berangkat pagi,
pasti ada maunya, hehe” ledekku kemudian sembari terus berjalan menuju arah sekolah.
“Enak aja, kebetulan aja tadi
bangun pagi, hehe” tutur Leni. sedang asiknya aku dan Leni bercanda sembari
jalan menuju sekolah, aku begitupun dengan Leni melihat pemandangan yang asing,
bahkan aneh bagiku. Aku melihat sosok perempuan berseragam SMA lengkap,
berambut lurus panjang, namun yang membuatnya aneh adalah, dia terlihat
misterius, dia hanya menunduk, tanpa menyapa siapapun yang lewat di hadapannya,
akupun mencoba menyapa gadis itu.
“Hai, anak baru ya?kok aku ga
pernah lihat kamu, yuk masuk bareng aku sama temen aku!” berulang kali aku
menyapanya, namun dia tetap berdiri di samping gerbang sekolah, dia pun tetap tidak
menampakkan wajahnya, karna wajahnya itu di tutup dengan rambut panjangnya itu.
Hingga dia mendongak ke atas dan memperlihatkan wajahnya, aku serta Leni pun
terkejut, wajahnya yang begitu pucat, bak seseorang yang telah meninggal.
Hingga kami memutuskan untuk berlari dan meninggalkannya.
Hingga aku sampai kelaspun,
nafasku semakin tak terarah, teman-teman sekelasku pun melihatku dengan tampang
aneh. Bel masuk kelas berbunyi, saatnya mendengarkan celotehan pak Hendra yang
tak ada habisnya, namun aku suka dengan cara beliau bercerita, bukan hanya
tentang sejarah Indonesia
saja, melainkan tentang kehidupan social, hingga membuatku terketuk. maklum
beliau adalah guru IPS di sekolahku.
“Pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!”
“Baik anak-anak, hari ini
kita kedatangan teman baru, silahkan masuk nak!” anak-anak kelas pun menjadi
gaduh ketika pak Hendra memberitahu kedatangan murid baru.
“Cowok apa cewek ya?uh kalo
cowok ganteng lumayan kan !hihi”
ucap seorang teman cewek di kelasku. fiuuh, batinku. Tetap saja yang mereka
cari. Tiba-tiba semilir angin berhembus dari setiap ventilasi jendela kelas
ketika seorang murid baru itu memasuki ruangan kelas.
“Dia!” aku yang terkejut
langsung menutupi kedua mulutku dengan telapak tanganku erat-erat.
Anehnya murid baru itu
memilih duduk di kursi paling pojok dan dia terlihat nyaman duduk disana.
Padahal kursi itu menjadi sejarah karna tak ada satupun murid yang bersedia
singgah di kursi itu. Terkadang bulu kuduk ku suka merinding ketika gadis itu
lewat dan menatapku tajam. Dan yang membuatku penasaran adalah ketika bel
berbunyi dan semua murid berbondong-bondong keluar kelas agar tak mengantri di
kantin, tetapi gadis itu tak beranjak pergi dari tempatnya. Yang ada dia tetap
duduk dan sepertinya senang mendengarkan musik dengan headphone nya itu. Itu kegiatan sehari-hari yang selalu dan
sering ia lakukan.
“Felly!” terdengar suara
pelan dari luar kelasku, yah meskipun pelan telingaku masih bisa menjangkau
suara itu, terlihat Leni telah berdiri tegap di ambang pintu kelasku.akupun
berlari menuju arah Leni.
“Fel!anterin aku yuk ke ruang
computer, aku ada tugas nih, di suruh nyari di internet, mana di kumpulin habis
istirahat lagi, tadi aku lupa gak bawa laptop, anterin ya ya ya. Felly baik
deh!” celoteh Leni tak ada habisnya, begitulah Leni, kalau ada tugas mendadak
dia pasti terlihat gelagapan, dan aku hanya mengangguk.
“Udah kuncinya Len?”
“Udah nih kuncinya Fel!yuk!”
perlahan kami memasuki ruang computer yang terlihat sepi itu, mungkin memang
tidak ada jadwal bidang computer atau memang ini jamnya istirahat. Leni segera
duduk dan mencari tugasnya di komputer1.sedangkan aku masih berkeliling di di
setiap sudut ruang computer itu.lagi-lagi aku tertuju pada suatu computer yang
faktanya letak computer itu memang berada di pojok.aku terus mengamatinya,
barangkali ada suatu keganjalan dari computer berurut nomer 30 itu.
“Buat apa!toh tidak ada hal
aneh pula dari sudut itu!” batinku, namun tiba-tiba angin berhembus entah
darimana asalnya.
Wuuussh ~
“Aneh!kenapa tiba-tiba ada
angin!” aku kembali menoleh ke arah computer 30 itu. Dan benar dugaanku, aku
melihatnya, ya aku melihatnya, gadis atau murid baru yang tadi pagi memasuki
kelasku. Sejenak aku merasa aneh dan asing.
“Fel!udah selesai nih
tugasnya yuk balik, 15menit lagi udah bel masuk”
“Tapi Len, itu itu dia Len!”
“Dia siapa Fel?disini gak ada
siapa-siapa selain kita berdua, yaudah yuk ke kantin, memanfaatkan waktu yang
hanya 15menit untuk makan itu gak cukup Fel, udalah ayook!” ujar Leni sembari
menarikku keluar dari ruang computer. “tapi, gadis itu!” batinku.
Aku masih tak mengerti apa
maksud gadis itu! Gadis aneh! Lama-lama aku ingin membuka semua jati diri gadis
itu! Tapi apa yang kutau! Aku bagaikan seorang parasut yang hanya bergantung pada
teman lainnya! Aarh ada apa denganku! Kenapa! Kenapa aku terus dan terus
membayangi gadis itu! Aku tidak lagi gila kan ! Aku tidak merasakan love at first sight
kan ! Apa?
Yang bener saja! Masa iya aku suka sama perempuan yang jelas-jelas sejenis
denganku! Aku masih tetap bersandar pada bantal stich yang di berikan papa,
ketika aku masih berusia 10 tahun.
“Apa yang kamu lakukan di
kamarku!pergi kamu!” ucapku sembari terus mundur dari tempat semulaku, agar
seseorang itu tak bisa menerkamku. “Pergi kamu! Pergi! Apa mau kamu apa!” aku terus berteriak tanpa henti, aku terus
melemparnya dengan beberapa boneka kesayanganku, meski hatiku berkata sayang.
Gadis itu mendekat, terus mendekat, kantung matanya yang jelas terlihat hitam,
tangannya yang jelas menunjukkan bahwa dia seperti ingin menerkam seseorang,
aku terus mundur dan menjauh dari gadis itu, namun tangan gadis itu tepat
berada di leherku, dia terlihat sangat ingin menerkam ku!
“Tidaaaaaaak!!huah huah
huah!syukur ternyata ini hanyalah mimpi!tapi apa maksud dia ingin sekali
menerkamku!entahlah” batinku, nafasku pun masih terengah-engah.
“Permisi non, maaf bibi
mengganggu, ini ada kiriman buat non!” tiba-tiba perempuan separuh baya itu
masuk ke kamarku dan sontak membuatku terkejut.
“Eh bibi!kiriman?memangnya
itu kiriman dari siapa bi?” tanyaku heran, pandanganku masih tetap tertuju pada
kotak yang di gendong di tangan kanan bibi, aku masih mengira-ngira apa isi
kotak itu! Mungkinkan sebuah kado ulangtahun dari mama?ah rasanya mustahil,
ulang tahunku saja masih 5 bulan yang akan datang, sedangkan mama bukan orang
yang tipenya romantis! Atau mungkin jebakan dari Leni? Mustahil juga, karna
sosok Leni yang bisa di bilang gak jail juga, mana mungkin berani membeli atau
membuat jebakan untukku! Lalu? Atau mungkin dari salah seorang secret admirer
ku di sekolah?tempat les?atau teman sekomplek? Entahlah!.
“Bibi juga tidak tau non,
tadi waktu bibi nyapu halaman eh uda ada kotak ini non, ini juga ada suratnya
untuk non Felly katanya!”
“Oke thanks bi” ujarku
sembari merapikan tempat tidurku lalu meraih box tersebut.
Apaya isi dari kotak
ini?bikin penasaran tapi juga bikin curiga! Apa ini bom dari salah seorang
teroris yang berhasil mengebom serta menghancurkan Provinsi Bali waktu itu! Ah
kurasa fikiranku ngelantur sampai ke Negri China ! Aku tetap menatap kotak yang
berada di genggamanku ini dengan heran! Perlahan aku mencoba membukanya, tanpa
kusadari keringat ku mengucur dari keningku! Huh bagaikan pertarungan sengit
antara Harry Potter dengan Lord Voldemort yang tak ada habisnya di setiap
episode! Rasanya ingin ku campakkan, bunuh si Voldemort itu! Selalu saja
mengganggu ketenangan pangeranku! Harry Potter! Ah kembali ke topic.
Sedari tadi aku berusaha
membuka tapi hanya sekitar 1cm terbuka, aku berusaha melihat dari celah kecil
itu, namun nothing, tidak terlihat benda mencurigakan apapun! Halah masa cuma
kotak beginian takut! Aku memberanikan niatku untuk cepat-cepat membuka kotak
itu. Dan bummm, ternyata itu hanyalah sebuah benda yang mirip seperti
“headphone” dan itu memang headphone! Huh lega rasanya, aku kembali membanting
tubuhku ke atass kasur empuk sembari mengatur nafasku perlahan, dan crap! Aku
teringat dan seperti pernah melihat benda yang sekarang ada di sampingku!
“Ini kan
headphone milik anak baru itu!iya ini milik dia!gak salah lagi,gawaat” aku
melihat sepucuk surat
terselip di sela pojokan kotak itu.
Felly, Bantu aku, Felly tolong aku, hanya padamu aku
menyimpan kepercayaan ini Fel, jangan sampai headphone ini kembali di pegang
oleh kembaranku, dia akan menggunakan headphone ini dengan rencana-rencananya
yang keji, bawalah headphone ini sementara, aku yakin kamu bisa menjaga
kepercayaanku, 1minggu lagi, tepatnya malam jum’at, kamu harus mengembalikan
headphone ini ke tempat semula, tempat dimana aku di makamkan. Anisa.
Crap!aku syok!syok berat
setelah membaca rentetan kata yang begitu tertulis tipis dalam kertas bersimbah
darah, dan uh semilir amis darah pun tercium oleh hidungku ini.
“Leni!cepet ya ke rumah ku! Ada yang harus ku
bicarakan, ini penting!”
“…………..”
“Udahlah, gak usah banyak
Tanya Len, setelah kamu sampai di rummaku, kamu bakalan tau semuanya, cepet ya”
“………”
“Tut tut tut” sambungan telepon
pun terputus.
“Jadi ini semua bener Fel?dan
ini nyata?” ujar Leni yang selalu tiduran di ranjangku sembari memeluk tedy
bear ketika dia bermain di kamar ku.
“Iya Len!aku juga bingung,
syok! Apa berarti kita harus bantuin ini orang?apa berarti kita harus ketemu
sama hantu itu!”
“Mungkin itu yang di inginkan
pengirim headphone misterius ini, tunggu di surat
ini dia bilang dia memiliki kembaran kan !
Lalu apa yang bisa kita cari dari sebuah headphone ini! Coba kamu lihat lagi,
apa kamu pernah melihat headphone ini sebelumnya?” ujar Leni bertanya-tanya,
yah terkadang aku senang bila harus memecahkan suatu teka-teki bersamanya, karna
dia mempunyai sedikit jiwa petualangan, mungkin kalau dia membuka bisnis
“detectif” akan laku di pasaran.
“Jadi gitu Len!” bisikku pelan pada Leni yang
terlihat geli, aku tak ingin seorang pun mengetahui rencanaku dengan Leni,
kecuali kami berdua.
“Bisa di atur, sini aku pinjem
headphonenya! Loh loh Fel!kok gini sih!di mp3 kamu lagi nyalain musik apasih?”
ujar Leni heran sembari melepaskan headphone tersebut.
“Nih lagu korea kesukaan
kamu, gak percaya, nih coba mainin sendiri”
“Iyasih, tapi kamu denger
sendiri deh suara lagu mistis yang kedengeran di headphone ini!”
“Ini aneh Len!mana mungkin
ini bisa terjadi, aneeh!” kejanggalan ini pula yg semakin membuatku penasaran
akan headphone ini.
Pagi itu, aku dan Leni begitu
bersemangat, entah apa yang membuat kami ingin cepat-cepat menelusuri gadis
itu! Aku dan Leni berjalan melalui koridor sekolah perlahan. Yap kami rasa,
kami berangkat terlalu pagi, mentari masih enggan muncul, hingga membuat
suasana di sekolah dingin dan terasa mencekam, meski ada beberapa murid yang
telah datang, namun mereka enggan berlama-lama di luar kelas, karna memang suhu
udara yang amat dingin, buru-buru mereka berlalu ke dalam kelas masing-masing.
ku harap Guru Tata Usaha belum ada yang datang. Payah, ternyata meskipun masih
pagi begini, pak Reza salah satu guru Tata Usaha ternyata telah datang, dan
nampaknya beliau sedang santai dalam ruangan tersebut! Tapi bagaimana bisa
santai? Di ruangan itu AC terlihat menyala, sedangkan Pak Reza hanya memakai
kemeja lengan pendek, di luar pun udara sangat dingin hingga menusuk tulang.
Entahlah!.
“Permisi pak” ucapku seraya
mengetuk pintu perlahan.agar terkesan sopan, maklum beliau aadalah guru yang
terkenal cukup disiplin di sekolahku!bukan cukup, melainkan sangat.
“Masuk!ada perlu apa kamu
pagi-pagi berkunjung kemari?” suaranya terlihat garang, dengan kumisnya yang
cukup tebal, mirip tokoh idolaku sewaktu kecil, yap Pak Raden. Membuatku
sedikit gugup saat berhadapan dengan beliau. Sedangakn Leni mengawasi aksi ku
di luar ruangan.
“Gimana Fel?beres?kacau
gak?gugup gak kamu?ayodong cerita!” paksa Leni yang sedari tadi mungkin telah
penasaran apa yang aku lakukan di ruangan TU!eits jangan negative thinking!
“Tenang Len!berhasil, nih aku
udah dapet alamat rumahnya anak baru itu!” ujarku bangga sembari memberikan
secarik kertas pada Leni.
“Bagus deh, pulang sekolah kita
beraksi!” haha, ucapan Leni serta semangatnya sedikit membuatku geli, tak
apalah, dengan semangat itu semoga bisa terpecahkan semua ini.
Langit malam berhiaskan
ribuan bintang mulai menerangi bumi pertiwi ini. Cahaya bintang yang
berkelap-kelip tampak menerangi bumi, bintang pun nampak bersemangat, sepertiku
dengan Leni semangat yang begitu menggebu-gebu untuk sampai ke alamat yang kami
tuju. Meski udara di luar bagaikan berada dalam ruangan bersuhu 5 derajat
celcius.
Aku begitupun Leni
menempakkan kakiku tepat di depan sebuah rumah kuno, bisa dibilang bangunan
kuno. Bangunan tua itu sedikit memiliki nilai seni dalam dinding ukirannya
tersebut. Terbuat dari kayu dan balok, bangunan itu tampak rapuh dan reyot.
Setiap daun pintu dan jendela bergerak-gerak saat di tiup angin, sepertinya
siap roboh saat angin menerpa. Terlihat tidak begitu banyak penerangan dalam
bangunan itu, hanya terlihat beberapa lampu minyak disana. Semilir angin
berhembus hingga menusuk tulang. Membuat suasana semkain mencekam. Aku dan Leni
menoleh satu sama lain. Dalam hati kami berkata “Siapkah kita melawan maut di
rumah ini”
Aku yang mengawali
petualangan ini menjadi pendahulu sebelum Leni, aku mencoba membuka pintu reot
itu perlahan, agar tak menimbulkan banyak kecurigaan dari pemilik rumah. Sayang!
Rumah yang memang terkesan kuno ini, sangat menimbulkan sebuah suara yang
menurutku, tidak mungkin bila pemilik rumah tidak mengetahuinya.
“Fel gimana ini?kita dalam bahaya!suara
pintunya aja udah begini, gimana suara tangga yang di atas!” ujar Leni sembari
terus mengendap-endap di belakangku.
“Tenang Len!kita pasti bisa
ngelewatin ini, tujuan kita ke kamar utama di atas, karna pemilik rumah ini
pasti bertempat tinggal di lantai 2”
“Apa kamu yakin Fel?” Tanya
Leni yang kembali ragu-ragu
“Yakin Len, aku ingin
membantu Anisa, begitupula aku penasaran dengan headphone ini” ujarku sembari
mengembalikan headphone itu dalam tas ranselku.
Sial. Sepertinya pemilik
rumah ini memang telah mengetahui keberadaanku dengan Leni, bayangannya
terlihat geram dan ingin memangsa satu persatu mangsanya dengan menggunakan
sebuah golok. Hup! Hampir saja nyawaku serta Leni melayang begitu saja! Sial.
Dia tetap melawan, meski telah ku hantam dengan sebuah kursi sampai hancur, dia
berusaha untuk bangkit dan berusaha menerkam ku dan Leni. Aku dan Leni
terperosok jatuh.kepalaku yang terpentur dinding begitu keras membuatku sedikit
pening dan pandanganku pun semakin tak jelas! Leni terus menjerit, namun
nampaknya seseorang itu tidak sama sekali memiliki belas kasihan, perlahan dia
mengarahkan goloknya ke atas dan crap! Tak kusangka aku dan Leni selamat!.
“Trimakasih pak” ucapku
dengan nafas terengah-engah.
“Sama-sama, kalian pasti orang
yang akan membantu non Anisa kan. !”
“Kok bapak tau?.”
“Karna”
“Karna apa pak?” ucap Leni
penasaran, begitu melihat ucapan bapak separuh baya itu menjadi gelagapan.
“Lalu dimana makam Anisa
pak?” bapak itu masih diam membisu.
“Sebenarnya saya yang telah
mengirimkan kotak headphone itu kepadamu!” bapak itu menoleh ke arahku, dengan
pandangannya yang tajam, meski ketakutan aku berusaha tenang.
“Lalu?” ujar Leni penasaran.
“Anisa belum meninggal, dia
ada di sini, sebenarnya sayalah yang telah mengawasi gerak-gerik non Vanilla
selama dia di sekolah, dan tepatnya sejak pertama masuk kelas non Vanilla
mengincar mu untuk di jadikannya sebagai tumbal, maka dari itu, sewaktu nyawa
non Anisa hampir sekarat karna di tusuk pisau oleh non Vanilla, dia menuliskan
surat yang bapak kirim sewaktu itu padamu, untung nyawa non Anisa bisa di
selamatkan.”
“Tunggu!tumbal?apa maksud
bapak mengatakan kalau saya akan di jadikan tumbal?” ujarku yang makin dan
makin penasaran.
“Iya, non Vanilla adalah
maniac darah manusia, namun dia hanya mengintai darah remaja berusia
kalian-kalian ini, darah kembarannya sendiri pun hampir ia habiskan hanya untuk
mengikuti nafsu belakanya! Untunglah bapak cepat mengetahui kalian, kalau
tidak, bapak akan melihat 2 gadis tak bersalah lagi dalam gudang bawah tanah,
bapak nyaris tak kuasa melihatnya, ingin rasanya bapak menguburkan mereka, agar
mereka pun tenang di alam sana!”
Mendengar cerita bapak yang
telah menolongku dengan Leni itu membuatku tersentak dan syok!sial ternyata
anak baru di kelasku itulah penyebab semua kejanggalan ini dan parahnya dia
ingin menjadikanku tumbal nafsunya!sungguh tak ku sangka gadis sepolos dia
namun amat mengerikan.
“Trimakasih untuk semuanya
pak, tapi kami kesini untuk menemui Anisa, dimanakah Anisa berada?” ujar Leni
sembari melihat tubuh Vanilla yang tergeletak tak berdaya di lantai setelah
mendapat beberapa hantaman keras dari bapak separuh baya itu.
“Mari ikuti saya, non Anisa
ada di tempat yang aman!” kami mengikuti bapak-bapak itu perlahan, sebelumnya
kami telah mengikat Vanilla dengan erat di atas kursi, agar sifat arogan itu
tidak menimbulkan banyak korban lagi.
“Anisa!” aku mengucapkannya
lirih, aku tak berdaya melihat keadaan gadis manis sepertinya, terlihat lemah
tak berdaya, terlihat lemas, lesu, seperti mengharapkan sebuah keajaiban akan
datang padanya.
“Kalian!” ucapnya
bersemangat, terlihat binar-binar air mata membanjiri kedua pipi halusnya itu.
“Trimakasih untuk pengorbanan
kalian Leni, Felly, trimakasih” gadis bernama Anisa itu memelukku sangat erat.
“Ini headphone mu!” ucapku
sembari menyerahkan headphone yang benar-benar membuat bulu kuduk ku merinding
setiap mendengar dendang lagu jawa dari headphone itu. Dia nampak ragu-ragu,
namun perlahan dia meraih headphone itu lalu memeluknya. Aku tak mengerti apa
yang dia banggakan dengan headphone kuno nan mengerikan itu.
“Sebenarnya apa yang terjadi Nis ?lalu kenapa setiap aku
mencoba memakai headphone itu yang terdengar hanyalah dendang lagu jawa,
seperti sedang memanggil roh setan!” aku mulai bertanya-tanya.
“Headphone ini adalah
headphone pemberian ibuku sewaktu aku masih berusia 16 tahun, namun ibu tidak
memberi hadiah Vanilla headphone seperti ku, ibu hanya memberikan Vanilla
sebuah alat sekolah dan itu sangat amat membuatnya iri denganku! Hingga pada
akhirnya dia membenci ibu dan mencoba membunuh ibu, selama bertahun-tahun
headphone ini terkena kutukan, banyak gadis berusia 16tahun mati hanya karna
kelakuan Vanilla yang gila!begitu juga denganmu yang hampir menjadi korban
selanjutnya dari Vanilla, untunglah pak Rudi pembantu setiaku masih tetap
membantuku menyelamatkan kalian, dari bawah aku mendengar jeritan Leni dan membuatku
segera menyuruh pak Bisma untuk membantu kalian. Kembali pada kutukan aneh itu!
Aku sendiri tidak tahu menahu tentang kutukan itu, yang jelas aku pernah
mendengar Vanilla telah membawa headphone ini kepada nenek sihir! Agar bisa terus
bersama headphone ini, Vanilla harus meminum darah gadis berusia 16 tahun
seperti kalian, jangan takut! Meski dia kembaranku, namun aku tak sekejam dia”
“Huh akhirnya tuntas juga ya
Fel!capek!lelah, bahkan trauma ”
“Iya Len kamu bener, rasanya
tadi itu kita seperti kembali ke zaman Belanda, haha”
“Yuk balik, tidur nyenyak
sepertinya telah menunggu kita, come on Leni!” ucapku sembari menarik lengan
sahabatku itu.
“Loh neng darimana
malem-malen begini?” tiba-tiba ada seorang satpam yang mengagetkan langkahku.
“Eh bapak ngagetin!dari situ
tuh pak!rumah itu!” ucapku sembari menunjuk ke arah rumah Anisa dan Vanilla.
“Ha?kalian gak salah neng?”
”Apa yang salah pak?” ujar Leni heran.
”Apa yang salah pak?” ujar Leni heran.
“Itu kan lahan kosong, sudah lama kosong sejak
taun 2000, mana mungkin tiba-tiba ada rumah neng, kalian ngaco ya?” dan crap
ternyata benar itu hanyalah lahan kosong yang memang terlihat agak seram, lalu?
Siapa yang menolongku dengan Leni tadi?siapa itu Vanilla?siapa itu Anisa!mungkin
mereka hanya segelintir arwah penasaran, lebih tepatnya Anisa yang sangat ingin
kembali dengan headphone kesayangannya itu, dan tidak akan ada lagi, gadis
berusia 16tahun yang akan menjadi korban berikutnya dari Vanilla. Ini pengalaman
yang sungguh tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata!.
“Selamat jalan Anisa, Vanilla,
tenanglah kalian disana!” batinku.
No comments:
Post a Comment