#BlogArchive1 .widget-content{ height:200px; width:auto; overflow:auto; }

Monday, October 29, 2012

Cupcake ;;))

Author P.O.V.

Gadis kecil itu terlihat begitu trauma dan sedih. Berulang kali ia mengusap air matanya itu, namun berlinang itu terus mengalir tanpa henti, seakan tak rela melepaskan seseorang yang tengah kaku di samping gadis itu. Gadis itu terus mengusap, mencium, membelai jenazah ayahnya yang telah tiada. Di umurnya yang sekian taun, ia merasakan begitu rasanya kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. “Ayah!bangun ayah bangun Adel ada sini untuk ayah!ayah tega ninggalin Adel dan ibu, ayah jahat!huhuhu.” suaranya terdengar sayup-sayup seperti anak-anak pada umumnya.

“Bangun nak bangun, Istighfar.” Seorang wanita separuh baya itu menghampiri Adel dan mencoba untuk memeluk Adel.
“Ibu, kenapa ayah ninggalin kita secepat ini bu! Adel masih mau main sama ayah bu.” Ujar gadis kecil itu sembari memeluk ibunya begitu erat, deraian air mata kembali menetes ketika sang ibu membisikkan sesuatu.
“Ibu tau nak, kamu merasa begitu kehilangan ayah, mungkin ini sudah takdir dari Allah, sudah ya kamu jangan menangis, satu tetesan air matamu itu akan semakin membuat ayahmu sedih dan tak tenang di sana, cup cup cup.” Ujar wanita separuh baya itu sembari membelai lembut rambut putri satu-satunya itu.

#8 tahun kemudian
Adel P.O.V.

“Sepertinya anak ibu sudah mulai beranjak remaja ya, hayo sudah punya pacar ya pastinya.” Tebak ibu, aku hanya tersipu malu mendengar godaan ibu.
“Loh itu senyum-senyum sendiri, pasti sudah punya pacar, coba kenalkan pada ibu.” Huh ibu masih saja menggodaku, sudah terlihat wajahku merah padam seperti ini. Aku hanya menggeleng.
“Ibu.” Akhirnya aku mulai meninggalkan topic tentang pacar yang sedari tadi sedang menggodaku.
“Iyaa.”
“Sudah 8 tahun ayah pergi ninggalin kita.” Ucapku lesu.
“Iya, ibu rasa juga begitu, sudahlah kita tidak boleh terlarut dalam kesedihan, kata @poconggg di twiiter kita harus move on sepahit apapun itu keadaanya.”
“Ah ibu, ibu juga punya twitter ya?” ujarku dengan menyenggol pinggang ibu.
“Ah tidak, sewaktu kamu main twitter ibu tidak saja melihatnya.” Ujar ibu sembari tersenyum malu padaku. Gurauan dan canda tawa kami berlanjut hingga ada yang mengetuk pintu rumahku. “ting tong.”
“Biar Adel yang buka pintunya bu.” Ibu hanya mengangguk sembari terus mengaduk adonan bahan yang akan di buat cupcake.

“Kakak, ada keperluan apa kak?.” Ujarku saat membuka pintu dan aku tau jelas siapa tamuku itu. Dia adalah tetanggaku, namanya Reno, kebetulan aku satu sekolah dengannya, Cuma dia adalah kakak kelasku. Orangnya baik, cool, ganteng pula. Kebetulan juga ini masih musim libur semester, jadi aku liburan di rumah sembari membantu ibu membuat cupcake.  Kurasa cukup untuk mendiskripsikan tentang kak Reno, yang ada kalian pada naksir lagi, hehehe.
“Oh tidak, aku hanya mau mengembalikan piring dan nampan ini, cupcakenya enak Del.” Aku yang tersipu malu, hanya tersenyum dan mengucap “trimakasih kak.”
“Bisa jalan hari ini?kebetulan aku tidak ada jadwal latihan.”
“Maaf kak, aku harus Bantu ibu buat cupcake, soalnya banyak pesanan yang harus cepat di kirim, sekali lagi maaf kak.”
“Begitu, santai saja, masih bisa lain kali kan?.” Ujarnya begitu santai sembari tersenyum dan berlalu pergi tanpa mengerti jawabanku terlebih dahulu.
“Huh, harusnya kak Reno tunggu jawaban ku dulu, jangan main pergi begitu saja, tidak sopan!.” Ujarku dalam hati yang sedikit kesal akan tingkahnya.

“Kamu bicara dengan siapa Del?sepertinya tidak ada orang.” Ujar ibu dari belakang punggungku yang membuatku sedikit terkejut.
“Ah ibu, bikin Adel kaget, tadi ada kak Reno Cuma mau ngembaliin piring sama nampan ini, kata kak Reno cupcakenya enak bu.” Ucapku bersemangat, buat apa aku menunjukkan kesedihanku pada ibu?yang ada membuat ibu semakin sedih.
“Wah kenapa gak di suurh masuk?.”
“Tadi dia buru-buru pulang, mungkin ada urusan, entahlah bu.” Aku meninggalkan ibu yang masih berdiri di ambang pintu, seperti masih penasaran dengan kak Reno dan terus menengok ke luar rumah.

“Huhh.” Aku merebahakna tubuhku ke kasur kesayanganku, tibatiba seperti ada dorongan dari tubuhku untuk mengambil sebuah benda yang ada di lemari belajarku.
“Kenapa aku mengambil fotobox ku saat bersama kak Reno ya?.” Aku terus memandangi semua foto-foto itu satu-persatu, terkadang aku tertawa geli melihat gayaku yang terbilang “Alay” hihihi.
“Apa mungkin aku suka sama kka Reno?ah mustahil rasanya bila itu akan bertimbal balik!cowok seganteng kak Reno mana mau dengan cewek kummel sepertiku.” Ya itulah penilainku tentang diriku sendiri. Meskipun mama sering berucap kalau aku adalah gadis manis. Itu membuatku ingin terbang ke langit ke 7 dan jatuh ke dalam lubang buaya.. *ups

Sejujurnya meskipun ibu dan ayahku sendiri adalah penjual sekaligus yang bikin Cupcake, tapi sampai saat ini aku masih bingung apa itu cupcake, yang aku tau selama ini cupcake itu kue sejenis Brownies tapi lebih lembut dan punya beberapa hiasan dan topping di atasnya. aku juga pernah berfikir kalau cupcake itu sendiri artinya kue yang menangis. Pasti pada bertanya-tanya kenapa aku berfikir seperti itu. Baiklah!. Namanya saja Cupcake, kalau anak kecil nangis, pasti orang tua suka bilang “cup cup cup cup.” Nah sedangkan cake adalah kue. Berarti definisinya itu kue yang menangis. Kurasa ini seperti eksperimen professor gila.

~ ~ ~ ~

Pagi ini matahari bersinar begitu terangnya, hingga menembus jendela kamarku dan membuatku harus terbangun, meskipun rasanya masih ingin tertidur pulas dan memimpikan pangeranku. Tapi begitu tegakah aku enak-enak kan tertidur pulas, sedangkan ibu sudah bangun pagi-pagi sekali untuk merampungkan cupcake pesanan pelanggan. Ah tidak!jahat sekali aku. Baiklah di awali dengan mencuci muka, menggosok gigi, minum susu, dan yap siap menjalani aktivitas hari ini.

“Pagi Ibuu” teriaku dari depan kamarku sembari tersenyum manis, ah senyumanku memang manis. Siapa lagi yang akan memujiku kalau bukan aku sendiri.
“Tumben udah bangun, terlihat ceria lagi, pasti ada maunya ya.” Ledek ibu yang masih berkonsntrasi pada adonan di depannya itu.
“Ah tidak bu, hehehe, Adel Cuma mau bantuin ibu bikin cupcake kok.” Ujarku sembari menuruni tangga dan menghampiri ibu yang sedang asik dengan pekejaannya di dapur.
“Baiklah, ini aduk rata semua adonan ini ya, kalau sudah tuang perlahan di cup ini ya.” Ujar ibu sembari mencari-cari beberapa peralatan yang kurang dalam lemari dapur ibu, yang kurasa cukup sempit. Suatu saat nanti pengen beliin ibu lemari dapur yang cukup untuk semua peralatan masaknya itu. Haru juga aku melihatnya.
“Loh malah ngelamun, ayo aduk semua itu Del.
“Oh iya maaf bu.” Ibu hanya menggeleng sambil tersenyum padaku.

“Antar kue ini ya Del, ini alamatnya.” Ucap ibu sembari memberikan sekotak kue pelanggan itu.
“Oh iya, jangan lupa minta uangnya, berulang kali kamu bikin ibu hampir rugi, karna tidak meminta uang cupcakenya.”
“Ah ibu, baiklah, aku pergi bu.”
“Hati-hati.” Suara ibu terdengar samar-samar dari arah dapur, ketika aku melangkah keluar rumah.

^^^^^^^

“Ting tong.”
“Cupcake pesanan datang.” Ujarku agar pemilik rumah segera menampakkan batang hidungnya.
“Oh baik, tunggu sebentar.” Fiuh kenapa lama sekali orang ini, desisku.
“Selamat menikmati.” Ujarku sembari memberikan cupcake itu ketika pemilik rumah menghampiriku.
“Kue apa ini, tidak enak, tidak sesuai pesanan, aku tidak jadi membelinya!.” Ujarnya dengan berteriak sembari mengembalikan kue ini padaku, aku pun berbalik badan.
“Apa? Tapi bukannya ibu sendiri yang pilih kuenya? Memangnya ibu sudah mencobanya?lalu berkata kalau kue ini tidak enak, kue buatan ibu saya enak bu, ayolah bu.” Tuturku sembari merengek pada wanita paruh baya yang menyebalkan itu.
“Tidak tidak tidak! Sekali tidak tetap tidak! Pergi kau.” Ujar ibu-ibu gendut itu sembari mengusirku.

“Apa?yang benar saja? Baru kali ini ada pelanggan sejahat itu! Huh awas aja kalau pesan kue ibu lagi, aarrh, harus bilang apa pada ibu, kasiaan ibu.” Ujarku yang amat geram dengan tingkah pembeli tadi. Kebetulan tepat di depanku ada kaleng kosong, rasanya amarah ku ingin ku salurkan lewat tendangan itu. “Ciaaaaa!.”
“Aw.” Astaga kalengnya kena seseorang. Aku harus segera kabur dan pergi, kalau tidak habislah riwayatku. Batinku.
“Tunggu.” Hemm, sepertinya aku kenal suara itu, tidak asing lagi dengan telingaku. Seseorang itu memegang pundakku dan membalikkan tubuhku. Aku yang takut hanya menunduk dan menutup mataku. “Maaf, maafkan aku, aku tak sengaja, sekali lagi maaf.” Aku masih enggan membuka mataku.
“Adel, kenapa ada disini, lagi ngapain?.” Aku membuka perlahan mataku.
“Haha, tak apa, kaka tidak maarah padamu, lain kali kalau melampiaskan amarah jangan pada benda-benda di sekitarmu, tanpa sadar terkadang itu membahayakan orang lain.” Aku semakin merasa bersalah, mendengar ucapannya itu ciss membuatku kagum padanya.
“Kamu kenapa? Kenapa melihatku segitunya? Kagum ya? Sudah ku duga, haha bercanda.”
“Kak Reno, maaf.” Ucapku berulang kali padanya, dia hanya tersenyum tipis.
“Tak apa, jangan ulangi lagi ya.”
“Ehem, janji.” Ujarku yakin sembari mengangat kedua jari telunjuk dan jari tengahku bersamaan membentuk huruf ‘V’
“Ikut aku.”
“Ha? Kemana kak?.” Dia tak menjawab pertanyaanku, huh baiklah aku terus mengikuti langkahnya itu.

^^^^^^^

“Kenapa ke taman kak?.” Saat di jalan pun ia tak berucap sepatah kata pun, hingga membuatku seperti orang gila yang hanya berbicara sendiri, aku masih tak mengerti, apa maksudnya ia membawaku ke taman, lebih baik di rumah sembari dengerin lagu sekencang-kencangnya buat ngilangin amarah.huh.desisku. aku hanya menuruti kata-katanya sembari duduk di kursi panjang bercat putih nan bersih itu.
“Minumlah, yang ku tau teh bisa membuat seseorang tenang dan nyaman, di taman ini juga asri, pemandanganya hijau, cukup untuk meredamkan emosi mu dek!.” Ujar cowok yang duduk tepat di sampingku sembari memberikan ku sebotol teh. Astaga dia tau apa yang ada dalam fikiranku. Berhati-hatilah.
“Ceritalah, tadi kenapa bisa ada disitu? Lalu sepertinya wajahmu sedang marah dan sedih, ceritalah, kenapa?.” Kini ia memulai pembicaraan.
“Tadi dia pelanggan yang pesan kue ibu, tapi setelah di antar kesana, katanya kue ibu tidak enak, tidak sesuai, terus dia mengembalikannya padaku dan tidak mau membayar kue ini, padahal ibu sudah membuat kue ini susah payah, harus aku jual kemana kue ini kak, aku tidak tega melihat wajah ibu kalau sedih kak.” Ujarku lesu sembari menatap cupcake yang berada dalam genggamanku ini.
“Cupcake itu aku beli, berapa harganya?.” Ucap kak Reno sembari merebut cupcake yang sebelumnya berada dalam genggamanku.
“Ha, tapi kak, kakak kan?.”

~~~~
“Ini aku bayar.”
“Tapi kak, bukan kaka yang membuang kue itu, juga bukan kakak yang memesan kue itu, kenapa kakak yang harus bayar?.”
“Daripada kamu terus menangis, aku tidak ingin melihatmu meneteskan air mata, setetes pun aku tak rela!.”

Ahh kenapa teringat ucapan itu lagi sih! Stop stop cukup sampai disitu saja. Gumamku dalam hati.

“Kakak uda banyak membantu aku kalau ada pembeli yang tidak mau membayar, masa sekarang kakak juga harus membayarnya lagi, aku tidak enak sama kaka, lebih baik uang ini kakak simpan dan kakak tabung, mungkin ibu bisa menerima keadaan pahit ini, tenanglah kak.” Ucapku sembari mengembalikan uang itu pada kak Reno.
“Tidak, aku sudah ada cukup tabungan, ambilah, agar ibumu pun senang.” Ucapnya sembari tersenyum dan memberikan uang itu padaku lagi.
“Baiklah, terimakasih kak, sekali lagi terimakasih.” Dia hanya tersenyum geli melihatku.

^^^^^^

“Adel.”
“Iya bu, ada apa?.”
“Kamu kan tau ini musim liburan, cobalah jual cupcake ibu di dekatnya tempat wisata, ibu yakin pasti akan laku.” Ucap ibu sembari terus menghiasi cupcake yang sepertinya membuat keceriaan ibu kembali.
“Tapi tempat wisata mana bu? Di Malang ini kan banyak tempat wisata.” Ups aku lupa, sepertinya sedari tadi aku tak menyinggung dimana tempat tinggalku bukan? Yap tepat, tempat tinggalku berada di kota Malang, Jawa Timur. Huum udara yang sejuk membuatku betah untuk tinggal selamanya di kota asri ini.
“Di Jatim Park 1 saja, sewaktu ibu membeli bahan, baru jam 6 pagi saja, yang mengantri tiket sudah panjang, jualan disana saja Del, cepatlah mandi lalu kamu kesana ya.”
“Siap bos, hehe” ujarku sembari mengangkat kedua tanganku persis seperti prajurit hormat pada komandannya.

Aku meletakkan sepedaku di tempat parkir yang di sediakan. Aku membawa semua cupcake yang telah sengaja ibu siapkan, menempatkan meja, meletakkan beberapa cupcake di atasnya, semoga hari ini keberuntunganku. Ku harap begitu. Hari ini rasanya seperti berada pada setumpukan jerami, ramenya wisata Jatim Park 1 ini membuatku berdencak kagum.
” Huh kalau bukan karna pengendara sombong itu tadi, bajuku tidak akan kotor seperti ini, meskipun yang ku jual cupcake, tapi para pembeli pasti akan melihat dahulu seperti apa tampang penjualnya, huh awas itu orang kalau sampai ketemu, habislah riwayatnya!.” Gumamku dalam hati sambil merapikan beberapa tatanan cupcake, tak kusadari ternyata pembeli telah mengantri. Yeaah!.

^^^^^^

Aku merebahkan tubuhku ke kasur yang kurasa sedikit membuatku nyaman, belum selang waktu beberapa jam saja, sudah ada yang menggangguku, bel rumah berbunyi, mungkin kak Reno, pembeli, ataupun tamu ibu, huh tak mengertikah bahwa aku lelah!.

“Adel, itu bel bunyi, cepat kamu hampiri, mungkin Reno atau pembeli.” suara ibu dari arah dapur.
“Baik bu.” Aku berjalan lemas ke arah ambang pintu.

Crap. Rupanya dia!.

“Mau apa kau kesini ha? Dasar cowok sombong!.” Bentakku sembari mendorong cowok sombong itu keluar dari rumahku.
Kenapa Del? Kok kamu teriak-teriak?.” Ujar Ibu sembari berjalan menghampiriku.
“Ah tidak bu, ini ada orang minta-minta!.” Ucapku sembari menjulurkan lidahku ke arah cowok itu, dia hanya tersenyum sinis melihatku, rencana untuk mengusir cowok ini rupanya akan gagal, ibu sudah berdiri tegak di belakangku.
“Loh? Katanya pengemiss kok tampan dan gaya begini?.” Ujar ibu yang melihat cowok itu dari arah bawah hingga rambut. Ampun bu, itu memalukan.
“Oh bukan bu, saya pembeli yang tertarik dengan rasa cupcake buatan ibu, jadi ibu yang buat?.” Cowok itu terlihat seperti ingin mengambil hati ibu, oh ibu jangan terpancing olehnya. Aku mohon.
“Oh iya memang saya yang buat kue itu, kamu mau pesan berapa ya? Nanti saya buatkan.”
“Ibuu.” Ucapku merengek.
“Hush ini rezeki Del.” Cowok itu semakin senang sepertinya. Huh!.
“5 kotak besar, lusa saya akan kesini lagi bu, untuk mengambil pesanannya, saya permisi.” Sok lembut banget di depan ibu, cowok itu memandangiku sembari tersenyum, seperti senyum kemenangan, sebelum ia masuk ke mobil dan menancap gas mobilnya hingga tak terlihat di telan cerahnya siang ini.

Semenjak kedatangan cowok itu ke rumahku, semakin lama hubunganku dengannya semakin akrab, ia sering kesini dengan alasan ingin membeli cupcake buatan ibu, huh bilang saja ingin berkenalan denganku. Hihihi *pedenya kamu* oh oiya, namanya adalah Bayu, ia itu anak asli Bandung, ia ke Malang, karna ingin menghabiskan liburannya di kota Apel ini. Pertama mengenalnya memang jail, menyebalkan, tidak punya etika, tapi ternyata ia cowok yang baik, humoris, dan sepertinya ibu suka dengan Bayu, ah tidaak boleh terjadi!.

“Adel, pacar kamu siapa sih? Reno atau Bayu?.” Crap, ibu membuatku tersendak dan terkejut.
“Ah ibu, kenapa ibu berbicara seperti itu, Adel tidak punya pacar kok.”
“Itu pipi kamu merah, hayo cerita sama ibu.” Goda ibu tak henti-henti.
“Ah ibuuuuu.” Aku berlari menuju balkon kamarku, agar ibu berhenti membuat pipiku semakin memerah.

Rumah terasa sunyi, seharian ibu di dapur dengan pesanan yang semakin menumpuk, sedangkan aku hanya berbaring lemas di kamar, ah shit kenapa harus sakit di waktu yang gak tepat sih!geramku sendiri.

Drrtt drtt, tiba-tiba ponselku bergetar, pertanda ada pesan yang masuk, bukan hanya satu, melainkan dua. “siapa ya, nomernya gak di kenal pula!.” Batinku sembari meraih ponselku yg ada di atas meja belajar, perlahan aku mengklik tombol open, terlihat theme Kim Hyun Joong disana, ya aku bisa di bilang satu dari puluhan, ratusan, atau ribuan fans HyunJoong oppa yg biasa di panggil Henecia. Sssstt :$ Balik ke alur cerita..

From : +6287564354XXX
“Adel, kakak tau selama ini sebenarnya kamu juga suka kan sama kakak, 1jam lagi kakak harus ke Jogja, mungkin selama setahun atau bahkan kakak akan mengurus tempat tinggal dan kuliah kakak disana, kalau kamu melarangku untuk tidak pergi, aku tidak akan pergi –Reno-“

“Apaa maksud kak Reno sih.!bikin bete.!”

From : +6285655389XXX
“Del, 1jam lagi aku akan balik ke Bandung, jujur aku suka kamu, aku gak pingin kisah kita berkahir tanpa adanya hubungan, karna aku tau jelas dari sorot mata kamu, kalau kamu juga suka sama aku, begitu pula mama mu, kuharap 1jam lagi kamu mau menemuiku di vila tempatku sekarang–Bayu-“

“Ini lagi, apa mereka sengaja mengerjaiku!kenapa pesan mereka datengnya barengan dan tujuannya pun gak jauh beda!yaTuhan, apa yang harus kulakukan!kenapa di saat genting seperti ini, Engkau menguji ku, aarrh!!.”

Aku kembali merebahkan tubuhku ke kasur setelah membaca 2 massage yang benar-benar menguras otak dan imajinasiku, mengingat dan mengenang kembali masa-masa kebersamaan ketika bersama mereka berdua.

“Yah!ini pilihanku mau tidak mau, aku harus segera menemuinya!.” Yakinku dalam hati sembari mengambil jacket dan bergegas pergi meski tanpa berpamitan dengan ibu.

“Kamu, akhirnya kamu datang.”
“Kenapa sih kakak tega mau ninggalin aku ha?kenapa kak?kakak jahat!kaka uda gak peduli lagi iya sama Adel?.” Ujarku mencoba menahan air mata meski cairan itu membendung di mataku.
“Bukan begitu maksudku, kamu salah datang kemari.” Ujar cowok itu sembari memalingkan tubuhnya, seperti tak ingin melihatku.
“Apa maksud kaka?atau kakak pergi ke Jogja karna emang kakak uda gak peduli lagi atau malahan benci ya sama aku?.” Kali ini air mata itu benar-benar membanjiri pipiku, air mata itu terus mengalir tiada henti.
“Yang harus kamu temui sekarang adalah Bayu!.” Ujar cowok itu sembari memegang erat kedua pundakku dan menatap kosong bola mataku.
“Apa?Bayu?apa maksud kakak?darimana kakak mengerti tentang Bayu?Kenapa kakak juga tau kalau Bayu hari ini juga mau pergi ke Bandung?.” Tanyaku berentetan
.
“Kalau Bayu mau pergi ke Bandung, itu aku tak mengerti, tapi yang jelas hari ini dia akan pergi jauh, lebih jauh dariku jangan khawatir kita masih bisa bertemu kok, secepatnya aku mengurus kuliahku di Jogja, dan kita akan bertemu lagi sebagai kakak dan adik, pergilah, kejar Bayu sebelum terlambat!.”
“Kak, tapi aku udah milih kakak!kenapa sekarang kakak mala mengusirku lalu menyuruhku untuk menemui Bayu kak!.”
“Jangan menangis, sudah ku bilang berulang kali, air matamu begitu berharga bagiku, kejar Bayu, aku tau ibumu lebih menyukai Bayu ketimbang aku, aku tak memikirkan itu sebagai masalah, karna aku pun tau, kamu sangat menyukai Bayu, kejar Bayu del kejar!.”

Apa maksud kak Reno?aku berjalan lurus, kosong tanpa arah, hingga hampir saja sebuah mobil sedan menabrakku, untung aku tersungkur ke trotoar meski beberapa goresan menempel di tangan dan kakiku!aku menoleh ke arah jam yang berada di tangan kananku.

“Astaga!10menit lagi, aku harus sampai Vila dimana Bayu menginap!.” Meski dalam keadaan tidak fit sekalipun aku berusaha lari secepat mungkin, meski nafas ini rasanya terengah-engah tak kuat menahan sesak di dada. “Ya Tuhan kuatkan aku” gumamku dalam hati.

“Bayu, Bayuu, Bayu!.”
“Maaf cari siapa dek?.” Lelaki separu baya itu mengagetkanku dari ambang pintu, namun aku tidak sama sekali mengenalinya, meskipun aku juga tidak mengenali keluarga Bayu, tapi aku sedikit hafal dengan wajah wajah cantik nan rupawan dari mereka.
“Emm itu pak Bayu, anak yang tinggal di Vila ini pak, bapak siapa ya?.”
“Oh kalau yang tinggal di Vila ini udah checkout barus saja kok, mungkin sekitar 10 menit yang lalu, adek melihat mobil Avanza hitam?nah itu mobil mereka.”
“Berarti saya telat pak?.”
”Bisa di bilang begitu dek, yasudah bapak masuk dulu mau membereskan Vila ini, permisi.” Ujar bapak itu sembari kembali menutup pintu vila.

“Aaaa Bayuu, aku sayang kamu Baay, huhuhu.” Ujarku sesekali menghapus tetes demi tetes air mata ini yang tak kunjung ada habisnya.

“Aku disini, jangan menangis.” Suara itu tak asing lagi bagiku.
“Bayuu!jahat katanya kamu mau pergi ke Bandung lah, gak balik lah, resee!atau ini rencana kamu ya sama kak Reno?” ucapku sinis dengan menyipitkan salah satu mataku.
“Haha, anak pintar!.” Ujarnya sambil terkekeh.
“Kamuu!jahaaaat, kamu tau gak aku stress tau harus milih siapa di antara kalian, waktu aku ke rumah kak Reno, kak Reno mala nyuruh aku kesini, keadaanku lagi sakit, harus lari-larian Cuma demi kamu, eh sampai sini aku di kejaain.” Ujarku kesal sembari memalingkan tubuhku dari Bayu.
“Cie kalau marah tambah manis, jangan marah dong liat aku punya apa ini?.” Ujar Bayu sembari menyembunyikan sesuatu di kedua tangannya yang ia taruh di belakang punggungnya.
“Taraaaaa, liat cupcake buatan aku, gak kalah cantik kan sama buatan kamu!.”
“Kamu bisa buat cupcake?aku kira kamu Cuma cowok sombong, ngeselin, manja, dan ga perna tau sopan santun, ehehe.”
“Enak aja kamu, huuu.” Ujar Bayu dengan mencubit hidungku yang sudah tercipta pesek ini.

Hujan turun dengan derasnya membasahi bumi pertiwi ini, aku dan Bayu masih asik bercanda di depan vila dimana Bayu tinggal, semakin lama hujan pun semakin deras disertai petir yang menyambar hingga ke kolong langit. Bayu dengan sigap memelukku, karna ia tau aku begitu takut dengan Petir, meski aku suka hujan. Bayu memegang kedua pipiku perlahan, mendekat ke arah wajah dan telingaku. Ia berkata “Aku sangat mencintaimu Adel.” Aku hanya tersenyum sembari mengangguk. 

-selesai-


No comments:

Post a Comment