Cupcake ;;))
Author P.O.V.
Gadis kecil itu terlihat begitu trauma dan sedih. Berulang
kali ia mengusap air matanya itu, namun berlinang itu terus mengalir tanpa
henti, seakan tak rela melepaskan seseorang yang tengah kaku di samping gadis
itu. Gadis itu terus mengusap, mencium, membelai jenazah ayahnya yang telah
tiada. Di umurnya yang sekian taun, ia merasakan begitu rasanya kehilangan
sosok ayah dalam hidupnya. “Ayah!bangun ayah bangun Adel ada sini untuk
ayah!ayah tega ninggalin Adel dan ibu, ayah jahat!huhuhu.” suaranya terdengar
sayup-sayup seperti anak-anak pada umumnya.
“Bangun nak bangun, Istighfar.” Seorang wanita separuh baya
itu menghampiri Adel dan mencoba untuk memeluk Adel.
“Ibu, kenapa ayah ninggalin kita secepat ini bu! Adel masih
mau main sama ayah bu.” Ujar gadis kecil itu sembari memeluk ibunya begitu
erat, deraian air mata kembali menetes ketika sang ibu membisikkan sesuatu.
“Ibu tau nak, kamu merasa begitu kehilangan ayah, mungkin
ini sudah takdir dari Allah, sudah ya kamu jangan menangis, satu tetesan air
matamu itu akan semakin membuat ayahmu sedih dan tak tenang di sana , cup cup cup.” Ujar
wanita separuh baya itu sembari membelai lembut rambut putri satu-satunya itu.
#8 tahun kemudian
Adel P.O.V.
“Sepertinya anak ibu sudah mulai beranjak remaja ya, hayo
sudah punya pacar ya pastinya.” Tebak ibu, aku hanya tersipu malu mendengar
godaan ibu.
“Loh itu senyum-senyum sendiri, pasti sudah punya pacar,
coba kenalkan pada ibu.” Huh ibu masih saja menggodaku, sudah terlihat wajahku
merah padam seperti ini. Aku hanya menggeleng.
“Ibu.” Akhirnya aku mulai meninggalkan topic tentang pacar
yang sedari tadi sedang menggodaku.
“Iyaa.”
“Sudah 8 tahun ayah pergi ninggalin kita.” Ucapku lesu.
“Iya, ibu rasa juga begitu, sudahlah kita tidak boleh
terlarut dalam kesedihan, kata @poconggg di twiiter kita harus move on sepahit
apapun itu keadaanya.”
“Ah ibu, ibu juga punya twitter ya?” ujarku dengan
menyenggol pinggang ibu.
“Ah tidak, sewaktu kamu main twitter ibu tidak saja
melihatnya.” Ujar ibu sembari tersenyum malu padaku. Gurauan dan canda tawa
kami berlanjut hingga ada yang mengetuk pintu rumahku. “ting tong.”
“Biar Adel yang buka pintunya bu.” Ibu hanya mengangguk
sembari terus mengaduk adonan bahan yang akan di buat cupcake.
“Kakak, ada keperluan apa kak?.” Ujarku saat membuka pintu
dan aku tau jelas siapa tamuku itu. Dia adalah tetanggaku, namanya Reno , kebetulan aku satu
sekolah dengannya, Cuma dia adalah kakak kelasku. Orangnya baik, cool, ganteng
pula. Kebetulan juga ini masih musim libur semester, jadi aku liburan di rumah
sembari membantu ibu membuat cupcake. Kurasa cukup untuk mendiskripsikan tentang kak
Reno , yang ada
kalian pada naksir lagi, hehehe.
“Oh tidak, aku hanya mau mengembalikan piring dan nampan
ini, cupcakenya enak Del. ”
Aku yang tersipu malu, hanya tersenyum dan mengucap “trimakasih kak.”
“Bisa jalan hari ini?kebetulan aku tidak ada jadwal
latihan.”
“Maaf kak, aku harus Bantu ibu buat cupcake, soalnya banyak
pesanan yang harus cepat di kirim, sekali lagi maaf kak.”
“Begitu, santai saja, masih bisa lain kali kan ?.” Ujarnya begitu santai sembari
tersenyum dan berlalu pergi tanpa mengerti jawabanku terlebih dahulu.
“Huh, harusnya kak Reno
tunggu jawaban ku dulu, jangan main pergi begitu saja, tidak sopan!.” Ujarku
dalam hati yang sedikit kesal akan tingkahnya.
“Kamu bicara dengan siapa Del ?sepertinya tidak ada orang.” Ujar ibu
dari belakang punggungku yang membuatku sedikit terkejut.
“Ah ibu, bikin Adel kaget, tadi ada kak Reno Cuma mau
ngembaliin piring sama nampan ini, kata kak Reno cupcakenya enak bu.” Ucapku bersemangat,
buat apa aku menunjukkan kesedihanku pada ibu?yang ada membuat ibu semakin
sedih.
“Wah kenapa gak di suurh masuk?.”
“Tadi dia buru-buru pulang, mungkin ada urusan, entahlah
bu.” Aku meninggalkan ibu yang masih berdiri di ambang pintu, seperti masih
penasaran dengan kak Reno
dan terus menengok ke luar rumah.
“Huhh.” Aku merebahakna tubuhku ke kasur kesayanganku, tibatiba
seperti ada dorongan dari tubuhku untuk mengambil sebuah benda yang ada di
lemari belajarku.
“Kenapa aku mengambil fotobox ku saat bersama kak Reno ya?.” Aku terus
memandangi semua foto-foto itu satu-persatu, terkadang aku tertawa geli melihat
gayaku yang terbilang “Alay ” hihihi.
“Apa mungkin aku suka sama kka Reno ?ah
mustahil rasanya bila itu akan bertimbal balik!cowok seganteng kak Reno mana mau dengan cewek
kummel sepertiku.” Ya itulah penilainku tentang diriku sendiri. Meskipun mama
sering berucap kalau aku adalah gadis manis. Itu membuatku ingin terbang ke
langit ke 7 dan jatuh ke dalam lubang buaya.. *ups
Sejujurnya meskipun ibu dan ayahku sendiri adalah penjual
sekaligus yang bikin Cupcake, tapi
sampai saat ini aku masih bingung apa itu cupcake,
yang aku tau selama ini cupcake itu kue sejenis Brownies tapi lebih lembut dan punya beberapa hiasan dan topping di
atasnya. aku juga pernah berfikir kalau cupcake
itu sendiri artinya kue yang menangis. Pasti pada bertanya-tanya kenapa aku
berfikir seperti itu. Baiklah!. Namanya saja Cupcake, kalau anak kecil nangis, pasti orang tua suka bilang “cup
cup cup cup.” Nah sedangkan cake adalah
kue. Berarti definisinya itu kue yang
menangis. Kurasa ini seperti eksperimen professor gila.
~ ~ ~ ~
Pagi ini matahari bersinar begitu terangnya, hingga menembus
jendela kamarku dan membuatku harus terbangun, meskipun rasanya masih ingin
tertidur pulas dan memimpikan pangeranku. Tapi begitu tegakah aku enak-enak kan tertidur pulas,
sedangkan ibu sudah bangun pagi-pagi sekali untuk merampungkan cupcake pesanan
pelanggan. Ah tidak!jahat sekali aku. Baiklah di awali dengan mencuci muka,
menggosok gigi, minum susu, dan yap siap menjalani aktivitas hari ini.
“Pagi Ibuu” teriaku dari depan kamarku sembari tersenyum
manis, ah senyumanku memang manis. Siapa lagi yang akan memujiku kalau bukan
aku sendiri.
“Tumben udah bangun, terlihat ceria lagi, pasti ada maunya
ya.” Ledek ibu yang masih berkonsntrasi pada adonan di depannya itu.
“Ah tidak bu, hehehe, Adel Cuma mau bantuin ibu bikin
cupcake kok.” Ujarku sembari menuruni tangga dan menghampiri ibu yang sedang
asik dengan pekejaannya di dapur.
“Baiklah, ini aduk rata semua adonan ini ya, kalau sudah
tuang perlahan di cup ini ya.” Ujar ibu sembari mencari-cari beberapa peralatan
yang kurang dalam lemari dapur ibu, yang kurasa cukup sempit. Suatu saat nanti
pengen beliin ibu lemari dapur yang cukup untuk semua peralatan masaknya itu.
Haru juga aku melihatnya.
“Loh malah ngelamun, ayo aduk semua itu Del. ”
“Oh iya maaf bu.” Ibu hanya menggeleng sambil tersenyum
padaku.
“Antar kue ini ya Del ,
ini alamatnya.” Ucap ibu sembari memberikan sekotak kue pelanggan itu.
“Oh iya, jangan lupa minta uangnya, berulang kali kamu bikin
ibu hampir rugi, karna tidak meminta uang cupcakenya.”
“Ah ibu, baiklah, aku pergi bu.”
“Hati-hati.” Suara ibu terdengar samar-samar dari arah
dapur, ketika aku melangkah keluar rumah.
^^^^^^^
“Ting tong.”
“Cupcake pesanan datang.” Ujarku agar pemilik rumah segera
menampakkan batang hidungnya.
“Oh baik, tunggu sebentar.” Fiuh kenapa lama sekali orang
ini, desisku.
“Selamat menikmati.” Ujarku sembari memberikan cupcake itu
ketika pemilik rumah menghampiriku.
“Kue apa ini, tidak enak, tidak sesuai pesanan, aku tidak
jadi membelinya!.” Ujarnya dengan berteriak sembari mengembalikan kue ini
padaku, aku pun berbalik badan.
“Apa? Tapi bukannya ibu sendiri yang pilih kuenya? Memangnya
ibu sudah mencobanya?lalu berkata kalau kue ini tidak enak, kue buatan ibu saya
enak bu, ayolah bu.” Tuturku sembari merengek pada wanita paruh baya yang
menyebalkan itu.
“Tidak tidak tidak! Sekali tidak tetap tidak! Pergi kau.”
Ujar ibu-ibu gendut itu sembari mengusirku.
“Apa?yang benar saja? Baru kali ini ada pelanggan sejahat
itu! Huh awas aja kalau pesan kue ibu lagi, aarrh, harus bilang apa pada ibu,
kasiaan ibu.” Ujarku yang amat geram dengan tingkah pembeli tadi. Kebetulan
tepat di depanku ada kaleng kosong, rasanya amarah ku ingin ku salurkan lewat
tendangan itu. “Ciaaaaa!.”
“Aw.” Astaga kalengnya kena seseorang. Aku harus segera
kabur dan pergi, kalau tidak habislah riwayatku. Batinku.
“Tunggu.” Hemm, sepertinya aku kenal suara itu, tidak asing
lagi dengan telingaku. Seseorang itu memegang pundakku dan membalikkan tubuhku.
Aku yang takut hanya menunduk dan menutup mataku. “Maaf, maafkan aku, aku tak
sengaja, sekali lagi maaf.” Aku masih enggan membuka mataku.
“Adel, kenapa ada disini, lagi ngapain?.” Aku membuka
perlahan mataku.
“Haha, tak apa, kaka tidak maarah padamu, lain kali kalau
melampiaskan amarah jangan pada benda-benda di sekitarmu, tanpa sadar terkadang
itu membahayakan orang lain.” Aku semakin merasa bersalah, mendengar ucapannya
itu ciss membuatku kagum padanya.
“Kamu kenapa? Kenapa melihatku segitunya? Kagum ya? Sudah ku
duga, haha bercanda.”
“Kak Reno, maaf.” Ucapku berulang kali padanya, dia hanya
tersenyum tipis.
“Tak apa, jangan ulangi lagi ya.”
“Ehem, janji.” Ujarku yakin sembari mengangat kedua jari
telunjuk dan jari tengahku bersamaan membentuk huruf ‘V’
“Ikut aku.”
“Ha? Kemana kak?.” Dia tak menjawab pertanyaanku, huh
baiklah aku terus mengikuti langkahnya itu.
^^^^^^^
“Kenapa ke taman kak?.” Saat di jalan pun ia tak berucap
sepatah kata pun, hingga membuatku seperti orang gila yang hanya berbicara
sendiri, aku masih tak mengerti, apa maksudnya ia membawaku ke taman, lebih
baik di rumah sembari dengerin lagu sekencang-kencangnya buat ngilangin amarah.huh.desisku.
aku hanya menuruti kata-katanya sembari duduk di kursi panjang bercat putih nan
bersih itu.
“Minumlah, yang ku tau teh bisa membuat seseorang tenang dan
nyaman, di taman ini juga asri, pemandanganya hijau, cukup untuk meredamkan
emosi mu dek!.” Ujar cowok yang duduk tepat di sampingku sembari memberikan ku
sebotol teh. Astaga dia tau apa yang ada dalam fikiranku. Berhati-hatilah.
“Ceritalah, tadi kenapa bisa ada disitu? Lalu sepertinya
wajahmu sedang marah dan sedih, ceritalah, kenapa?.” Kini ia memulai pembicaraan.
“Tadi dia pelanggan yang pesan kue ibu, tapi setelah di
antar kesana, katanya kue ibu tidak enak, tidak sesuai, terus dia
mengembalikannya padaku dan tidak mau membayar kue ini, padahal ibu sudah
membuat kue ini susah payah, harus aku jual kemana kue ini kak, aku tidak tega
melihat wajah ibu kalau sedih kak.” Ujarku lesu sembari menatap cupcake yang
berada dalam genggamanku ini.
“Cupcake itu aku beli, berapa harganya?.” Ucap kak Reno sembari merebut
cupcake yang sebelumnya berada dalam genggamanku.
“Ha, tapi kak, kakak kan ?.”
~~~~
“Ini aku bayar.”
“Tapi kak, bukan kaka yang membuang kue itu, juga bukan
kakak yang memesan kue itu, kenapa kakak yang harus bayar?.”
“Daripada kamu terus menangis, aku tidak ingin melihatmu
meneteskan air mata, setetes pun aku tak rela!.”
Ahh kenapa teringat ucapan itu lagi sih! Stop stop cukup
sampai disitu saja. Gumamku dalam hati.
“Kakak uda banyak membantu aku kalau ada pembeli yang tidak
mau membayar, masa sekarang kakak juga harus membayarnya lagi, aku tidak enak
sama kaka, lebih baik uang ini kakak simpan dan kakak tabung, mungkin ibu bisa
menerima keadaan pahit ini, tenanglah kak.” Ucapku sembari mengembalikan uang
itu pada kak Reno .
“Tidak, aku sudah ada cukup tabungan, ambilah, agar ibumu pun
senang.” Ucapnya sembari tersenyum dan memberikan uang itu padaku lagi.
“Baiklah, terimakasih kak, sekali lagi terimakasih.” Dia
hanya tersenyum geli melihatku.
^^^^^^
“Adel.”
“Iya bu, ada apa?.”
“Kamu kan
tau ini musim liburan, cobalah jual cupcake ibu di dekatnya tempat wisata, ibu
yakin pasti akan laku.” Ucap ibu sembari terus menghiasi cupcake yang
sepertinya membuat keceriaan ibu kembali.
“Tapi tempat wisata mana bu? Di Malang ini kan banyak tempat wisata.” Ups aku lupa,
sepertinya sedari tadi aku tak menyinggung dimana tempat tinggalku bukan? Yap
tepat, tempat tinggalku berada di kota Malang , Jawa Timur. Huum
udara yang sejuk membuatku betah untuk tinggal selamanya di kota asri ini.
“Di Jatim Park 1 saja, sewaktu ibu membeli bahan, baru jam 6
pagi saja, yang mengantri tiket sudah panjang, jualan disana saja Del, cepatlah
mandi lalu kamu kesana ya.”
“Siap bos, hehe” ujarku sembari mengangkat kedua tanganku
persis seperti prajurit hormat pada komandannya.
Aku meletakkan sepedaku di tempat parkir yang di sediakan.
Aku membawa semua cupcake yang telah sengaja ibu siapkan, menempatkan meja,
meletakkan beberapa cupcake di atasnya, semoga hari ini keberuntunganku. Ku
harap begitu. Hari ini rasanya seperti berada pada setumpukan jerami, ramenya
wisata Jatim Park 1 ini membuatku berdencak kagum.
” Huh kalau bukan karna pengendara sombong itu tadi, bajuku
tidak akan kotor seperti ini, meskipun yang ku jual cupcake, tapi para pembeli
pasti akan melihat dahulu seperti apa tampang penjualnya, huh awas itu orang
kalau sampai ketemu, habislah riwayatnya!.” Gumamku dalam hati sambil merapikan
beberapa tatanan cupcake, tak kusadari ternyata pembeli telah mengantri.
Yeaah!.
^^^^^^
Aku merebahkan tubuhku ke kasur yang kurasa sedikit
membuatku nyaman, belum selang waktu beberapa jam saja, sudah ada yang
menggangguku, bel rumah berbunyi, mungkin kak Reno, pembeli, ataupun tamu ibu,
huh tak mengertikah bahwa aku lelah!.
“Adel, itu bel bunyi, cepat kamu hampiri, mungkin Reno atau pembeli.” suara
ibu dari arah dapur.
“Baik bu.” Aku berjalan lemas ke arah ambang pintu.
Crap. Rupanya dia!.
“Mau apa kau kesini ha? Dasar cowok sombong!.” Bentakku
sembari mendorong cowok sombong itu keluar dari rumahku.
“Kenapa Del ? Kok kamu teriak-teriak?.” Ujar Ibu
sembari berjalan menghampiriku.
“Ah tidak bu, ini ada orang minta-minta!.” Ucapku sembari
menjulurkan lidahku ke arah cowok itu, dia hanya tersenyum sinis melihatku,
rencana untuk mengusir cowok ini rupanya akan gagal, ibu sudah berdiri tegak di
belakangku.
“Loh? Katanya pengemiss kok tampan dan gaya begini?.” Ujar ibu yang melihat cowok
itu dari arah bawah hingga rambut. Ampun bu, itu memalukan.
“Oh bukan bu, saya pembeli yang tertarik dengan rasa cupcake
buatan ibu, jadi ibu yang buat?.” Cowok itu terlihat seperti ingin mengambil
hati ibu, oh ibu jangan terpancing olehnya. Aku mohon.
“Oh iya memang saya yang buat kue itu, kamu mau pesan berapa
ya? Nanti saya buatkan.”
“Ibuu.” Ucapku merengek.
“Hush ini rezeki Del. ”
Cowok itu semakin senang sepertinya. Huh!.
“5 kotak besar, lusa saya akan kesini lagi bu, untuk
mengambil pesanannya, saya permisi.” Sok lembut banget di depan ibu, cowok itu
memandangiku sembari tersenyum, seperti senyum kemenangan, sebelum ia masuk ke
mobil dan menancap gas mobilnya hingga tak terlihat di telan cerahnya siang
ini.
Semenjak kedatangan cowok itu ke rumahku, semakin lama
hubunganku dengannya semakin akrab, ia sering kesini dengan alasan ingin
membeli cupcake buatan ibu, huh bilang saja ingin berkenalan denganku. Hihihi
*pedenya kamu* oh oiya, namanya adalah Bayu, ia itu anak asli Bandung, ia ke
Malang, karna ingin menghabiskan liburannya di kota Apel ini. Pertama
mengenalnya memang jail, menyebalkan, tidak punya etika, tapi ternyata ia cowok
yang baik, humoris, dan sepertinya ibu suka dengan Bayu, ah tidaak boleh
terjadi!.
“Adel, pacar kamu siapa sih? Reno atau Bayu?.” Crap, ibu membuatku
tersendak dan terkejut.
“Ah ibu, kenapa ibu berbicara seperti itu, Adel tidak punya
pacar kok.”
“Itu pipi kamu merah, hayo cerita sama ibu.” Goda ibu tak
henti-henti.
“Ah ibuuuuu.” Aku berlari menuju balkon kamarku, agar ibu
berhenti membuat pipiku semakin memerah.
Rumah terasa sunyi, seharian ibu di dapur dengan pesanan
yang semakin menumpuk, sedangkan aku hanya berbaring lemas di kamar, ah shit
kenapa harus sakit di waktu yang gak tepat sih!geramku sendiri.
Drrtt drtt, tiba-tiba ponselku bergetar, pertanda ada pesan
yang masuk, bukan hanya satu, melainkan dua. “siapa ya, nomernya gak di kenal
pula!.” Batinku sembari meraih ponselku yg ada di atas meja belajar, perlahan
aku mengklik tombol open, terlihat theme Kim Hyun Joong disana, ya aku bisa di
bilang satu dari puluhan, ratusan, atau ribuan fans HyunJoong oppa yg biasa di
panggil Henecia. Sssstt :$ Balik ke
alur cerita..
From : +6287564354XXX
“Adel, kakak tau selama ini sebenarnya kamu juga suka kan sama kakak, 1jam lagi kakak harus ke Jogja, mungkin
selama setahun atau bahkan kakak akan mengurus tempat tinggal dan kuliah kakak
disana, kalau kamu melarangku untuk tidak pergi, aku tidak akan pergi –Reno -“
“Apaa maksud kak Reno
sih.!bikin bete.!”
From : +6285655389XXX
“Del, 1jam lagi aku akan balik ke Bandung, jujur aku suka
kamu, aku gak pingin kisah kita berkahir tanpa adanya hubungan, karna aku tau
jelas dari sorot mata kamu, kalau kamu juga suka sama aku, begitu pula mama mu,
kuharap 1jam lagi kamu mau menemuiku di vila tempatku sekarang–Bayu-“
“Ini lagi, apa mereka sengaja mengerjaiku!kenapa pesan
mereka datengnya barengan dan tujuannya pun gak jauh beda!yaTuhan, apa yang
harus kulakukan!kenapa di saat genting seperti ini, Engkau menguji ku,
aarrh!!.”
Aku kembali merebahkan tubuhku ke kasur setelah membaca 2
massage yang benar-benar menguras otak dan imajinasiku, mengingat dan mengenang
kembali masa-masa kebersamaan ketika bersama mereka berdua.
“Yah!ini pilihanku mau tidak mau, aku harus segera
menemuinya!.” Yakinku dalam hati sembari mengambil jacket dan bergegas pergi
meski tanpa berpamitan dengan ibu.
“Kamu, akhirnya kamu datang.”
“Kenapa sih kakak tega mau ninggalin aku ha?kenapa kak?kakak
jahat!kaka uda gak peduli lagi iya sama Adel?.” Ujarku mencoba menahan air mata
meski cairan itu membendung di mataku.
“Bukan begitu maksudku, kamu salah datang kemari.” Ujar
cowok itu sembari memalingkan tubuhnya, seperti tak ingin melihatku.
“Apa maksud kaka?atau kakak pergi ke Jogja karna emang kakak
uda gak peduli lagi atau malahan benci ya sama aku?.” Kali ini air mata itu
benar-benar membanjiri pipiku, air mata itu terus mengalir tiada henti.
“Yang harus kamu temui sekarang adalah Bayu!.” Ujar cowok
itu sembari memegang erat kedua pundakku dan menatap kosong bola mataku.
“Apa?Bayu?apa maksud kakak?darimana kakak mengerti tentang
Bayu?Kenapa kakak juga tau kalau Bayu hari ini juga mau pergi ke Bandung ?.” Tanyaku
berentetan
.
“Kalau Bayu mau pergi ke Bandung, itu aku tak mengerti, tapi
yang jelas hari ini dia akan pergi jauh, lebih jauh dariku jangan khawatir kita
masih bisa bertemu kok, secepatnya aku mengurus kuliahku di Jogja, dan kita
akan bertemu lagi sebagai kakak dan adik, pergilah, kejar Bayu sebelum
terlambat!.”
“Kak, tapi aku udah milih kakak!kenapa sekarang kakak mala
mengusirku lalu menyuruhku untuk menemui Bayu kak!.”
“Jangan menangis, sudah ku bilang berulang kali, air matamu
begitu berharga bagiku, kejar Bayu, aku tau ibumu lebih menyukai Bayu ketimbang
aku, aku tak memikirkan itu sebagai masalah, karna aku pun tau, kamu sangat
menyukai Bayu, kejar Bayu del kejar!.”
Apa maksud kak Reno ?aku
berjalan lurus, kosong tanpa arah, hingga hampir saja sebuah mobil sedan
menabrakku, untung aku tersungkur ke trotoar meski beberapa goresan menempel di
tangan dan kakiku!aku menoleh ke arah jam yang berada di tangan kananku.
“Astaga!10menit lagi, aku harus sampai Vila dimana Bayu menginap!.” Meski dalam
keadaan tidak fit sekalipun aku berusaha lari secepat mungkin, meski nafas ini
rasanya terengah-engah tak kuat menahan sesak di dada. “Ya Tuhan kuatkan aku”
gumamku dalam hati.
“Bayu, Bayuu, Bayu!.”
“Maaf cari siapa dek?.” Lelaki separu baya itu mengagetkanku
dari ambang pintu, namun aku tidak sama sekali mengenalinya, meskipun aku juga
tidak mengenali keluarga Bayu, tapi aku sedikit hafal dengan wajah wajah cantik
nan rupawan dari mereka.
“Emm itu pak Bayu, anak yang tinggal di Vila ini pak, bapak siapa ya?.”
“Oh kalau yang tinggal di Vila ini udah checkout barus saja kok,
mungkin sekitar 10 menit yang lalu, adek melihat mobil Avanza hitam?nah itu
mobil mereka.”
“Berarti saya telat pak?.”
”Bisa di bilang begitu dek, yasudah bapak masuk dulu mau membereskanVila ini, permisi.” Ujar
bapak itu sembari kembali menutup pintu vila .
”Bisa di bilang begitu dek, yasudah bapak masuk dulu mau membereskan
“Aaaa Bayuu, aku sayang kamu Baay, huhuhu.” Ujarku sesekali
menghapus tetes demi tetes air mata ini yang tak kunjung ada habisnya.
“Aku disini, jangan menangis.” Suara itu tak asing lagi
bagiku.
“Bayuu!jahat katanya kamu mau pergi ke Bandung
lah, gak balik lah, resee!atau ini rencana kamu ya sama kak Reno ?” ucapku sinis dengan menyipitkan salah
satu mataku.
“Haha, anak pintar!.” Ujarnya sambil terkekeh.
“Kamuu!jahaaaat, kamu tau gak aku stress tau harus milih
siapa di antara kalian, waktu aku ke rumah kak Reno, kak Reno mala nyuruh aku
kesini, keadaanku lagi sakit, harus lari-larian Cuma demi kamu, eh sampai sini
aku di kejaain.” Ujarku kesal sembari memalingkan tubuhku dari Bayu.
“Cie kalau marah tambah manis, jangan marah dong liat aku
punya apa ini?.” Ujar Bayu sembari menyembunyikan sesuatu di kedua tangannya
yang ia taruh di belakang punggungnya.
“Taraaaaa, liat cupcake buatan aku, gak kalah cantik kan sama buatan kamu!.”
“Kamu bisa buat cupcake?aku kira kamu Cuma cowok sombong,
ngeselin, manja, dan ga perna tau sopan santun, ehehe.”
“Enak aja kamu, huuu.” Ujar Bayu dengan mencubit hidungku
yang sudah tercipta pesek ini.
Hujan turun dengan derasnya membasahi bumi pertiwi ini, aku
dan Bayu masih asik bercanda di depan vila
dimana Bayu tinggal, semakin lama hujan pun semakin deras disertai petir yang
menyambar hingga ke kolong langit. Bayu dengan sigap memelukku, karna ia tau
aku begitu takut dengan Petir, meski aku suka hujan. Bayu memegang kedua pipiku
perlahan, mendekat ke arah wajah dan telingaku. Ia berkata “Aku sangat mencintaimu
Adel.” Aku hanya tersenyum sembari mengangguk.
-selesai-
No comments:
Post a Comment