#BlogArchive1 .widget-content{ height:200px; width:auto; overflow:auto; }

Monday, October 29, 2012

Melodi SISI :')

Musik ? bagi Sisi adalah sebagian dari kehidupannya.
Tanpa musik terasa hambar hari-hari Sisi, begitu pula dengan papa dan mama Sisi yang juga mencintai dunia musik.
Maklum lah mungkin keluarga mereka memang di takdirkan sebagai keluarga musik.

“Ayo dong anak mama yang paling cantik, coba lagi deh pasti kamu bisa” tutur mama seraya membelai lembut rambut Sisi.
“Tapi ma, Sisi ga bisa di melodi yang ini ma, mama dulu deh yang contohin, nanti Sisi tiruin deh, hehe”
“Iyadeh, sini-sini liatin mama yaa”
Alunan musik nan merdu itu terus menari di antara mereka bertiga, Sisi, papa, dan mama. Begitu juga tangan mama yang lincah memainkan sebuah piano hadiah ulang tahun papa untuk Sisi. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan itu.

Hingga pada akhirnya.

“Mama, mama jangan pergi ninggalin Sisi ma, Sisi sayang mama, mama bangun ma bangun” ucap Sisi yang terus mencoba membuat seseorang yang berada disampingnya itu terbangun kembali.
“Mama bangun ma, mama jangan tinggalin Sisi, ma bangun, Sisi sayag mama :(“ ucap Sisi dengan tangisannya yang semakin menjadi.

Dan akhirnya.

“Kamu itu anak yang tidak bisa di untung! Anak durhaka! Gara-gara kamu mama kamu meninggal! Permainan piano mu juga tak sebagus mama mu! Pergi jauh kau dari kehidupan papa!”
“Pa jelas permainan aku ga seindah mama, karna aku masih belajar pa, maksud papa apa bilang kalau aku penyebab mama meninggal?”
“Karna kamu mama kamu meninggal! Cuma gara-gara beli liontin kupu-kupu seperti yang kamu inginkan, mama kamu kecelakaan dan meninggal! Pergi jauh dari kehidupan papa!” bentak papa seraya melempar sebuah liontin ke arah Sisi.
“Mamaaa Sisi sayang mama” teriak Sisi sembari menggenggam erat liontin hadiah dari mamanya itu.

Papa benar-benar benci pada Sisi, hingga membuat Sisi harus tinggal dengan bibinya.

Dear daery..
Besok hari pertama aku masuk SMA. Tapi kenapa di hari pertama itu aku sama sekali ga merasakan semangat ataupun senang. Aku kangen masa-masa masuk SMP dulu, setiap hari papa rela berangkat telat ke kantor hanya untuk mengantarku sekolah, setiap malam mama selalu membimbingku, setiap aku mendapat nilai yang bagus ataupun ranking yang sempurna papa dan mama pasti memberiku hadiah, atau mungkin sekedar kumpul bersama dengan mereka. Aku kangen papa, aku kangen mama.

Tanpa sadar Sisi telah tertidur lelap dengan memeluk diarynya itu.
Tangannya yang lincah benar-benar membuat permainan pianonya merdu dan bahkan enak di dengar. Tak salah bila banyak pengagum dari Sisi, namun kenapa? Papa pun sama sekali tak kagum dengan permainan piano Sisi ?

“Permainan yang bagus, so good, nada demi nada yang kamu mainkan benar-benar membuatku tersentuh” Sisi pun berhenti bermain, karna tiba-tiba ada seorang cowo yang masuk ke dalam studio musik sekolah tanpa mengetuk pintu.
“Kam kamu siapa?”
“Eh sorry buat kamu terkejut, ga ada maksud kok, aku kira di ruangan ada yang konser, habis permainan kamu bagus banget”
“Oh kamu mau main juga? Silahkan. Aku akan pergi!” ucap Sisi sembari berdiri dari tempatnya bermain piano dan segera mengambil tas yang ada di sampingnya.
“Oh enggak, kita bisa main berdua kan, kamu ga harus pergi, lagian aku tertarik sama permainan kamu”
”Sorry, aku masi ada jam pelajaran, aku harus kembali”
“Nama kamu siapa?” Tanya cowo itu yang membuat Sisi menghentikan langkahnya.
“Sisi”
“Oh oke Sisi, jam istirahat aku tunggu disini ya, nama aku Putra” ucap Putra dengan teriak, karna Sisi buru-buru pergi meninggalkan studio itu.

“Siapa ya cowo tadi?” sampai ruang kelas pun, bayang-bayang Putra masih tersimpan di benak Sisi.

“Hei” sapa seorang gadis berambut panjang dan berbehel itu.
“Hei juga”
“Kenalin aku Natasya, kamu?”
“Sisi, boleh aku duduk di samping kamu?”
“Tentu Si, dengan senang hati”

Begitulah perkenalan singkat kedua sahabat tersebut.

“Si kamu anaknya pintar ya, tadi aja seluruh soal dari pak guru bisa kamu kerjakan dengan cekatan, padahal kan kita masih baru dan belum begitu menguasai seluruh materi, tapi kamu”
“Ssst udah ga usah di lanjutin, hehe, aku bisa kok bantu kamu Sya”
“Beneran Si? Ke kantin bareng aku yuk Si”

Oh oke Sisi, jam istirahat aku tunggu disini ya, nama aku Putra

“Emm bukannya nolak Sya, tapi aku udah ada janji, lain kali aja gapapa kan?”
“Emang kamu uda punya kenalan di sekolah ini?”
”Hehe, ada sih”
“Yauda deh lain kali aja, hati hati ya”
“Oke, duluan ya Sya”
“Sip”

#studio music

“Kok sepi? Katanya jam istirahat dia ada disini? Mana dia?” ucap Sisi yang terus mencari keberadaan Putra.
“Nyari’in aku ya Si?”
“Eh kamu, enggak kok, bukan nyari’in kamu, pede banget sih kamu”
“Alah ngaku aja Si, kan tadi aku bilang, jam istirahat aku ada di sini, buktinya kamu juga ada di sini, ehm tandanya kamu nyari’in aku tuh”
“Ih inikan tempat umum, siswa sekolah ini berhak dong ada di sini bukan cuman kamu”
“Ahaha, iya-iya deh”
“Kok diem? Mau main piano lagi? Silahkan main!”
“Aku ga mood mau main piano!”
“Kenapa? Permainan kamu bagus loh, apalagi yang tadi pagi itu!”
“Tapi ga sebagus permainan mama aku”
”Emang mama kamu?”
“Mama aku uda meninggal!”
“Ops maaf ga bermaksud”
“Oke no problem, yaudah deh selamat bersenang-senang, aku pergi dulu”
“Mau kemana Si? Ga mau main piano bareng aku?” teriak Putra, namun apa daya Sisi telah jauh meninggalkan studio itu, bahkan satu kata yang di ucapkan Putra pun Sisi tidak mendengarnya.
“Cewe itu bikin penasaran!” batin Putra.

***

“Ehm cie Sisi yang ngelamun!” tegur Natasya dan membuat Sisi terkejut.
“Eh kamu Sya, hehe, ga ngelamun kok!”
“Alah ga usah ngelak, eh btw itu foto siapa Si? Liat dong!”
“Nih, itu foto aku, mama, sama papa, tapi itu hanya foto!”
“Maksudnya hanya foto?”
“Iya itu hanya foto! Mama uda meninggal sejak aku duduk di bangku SMP dan papa uda benci sama aku!”
“Maaf Si, ga bermaksud buat kamu..”
“Iya gapapa kok Sya, santai aja”
“Lalu kenapa papa kamu benci sama kamu?”
“Papa mengira kalau aku itu penyebab meninggalnya mama”
“Kok bisa?”
“Karna kalung ini, saat aku ulang tahun yang ke-14 mama memberi ku hadiah kalung ini, saat perjalanan pulang mama kecelakaan, yang membuat nyawanya melayang, dan semenjak itu papa benci sama aku Sya” ucap Sisi dengan air matanya yang kian menetes.
“Sabar ya Si, aku yakin suatu saat nanti, papa kamu bakalan sadar kalo dia salah uda membenci anaknya sendiri”
“Makasih ya Sya”
“Samasama Si” balas Natasya dengan menepuk halus pundak Sisi.

Karena pertemuan yang tak di sengaja itupun membuat Sisi dan Putra semakin dekat satu sama lain. Bahkan mereka sering di bilang sebagai pasangan yang suka bermain piano.
Hingga pada saat sekolah mengadakan sebuah konser mini untuk para siswanya, Sisi dan Putra akan tampil berdua dan membawakan sebuah lagu.

“Eh Si, bener kamu bakalan tampil berdua sama Putra di mini konser sekolah?” Tanya Natasya penasaran.
”Hehe iya Sya”
“Wah enak ya bisa tampil bareng cowo beken di sekolah”
“Ah biasa aja sih Sya, hehe”
“Atau jangan-jangan kalian uda pacaran ya? Hayo ngaku!”
“Apa’an sih kamu Sya, ga kok” dusta Sisi.
“Hayo ngaku ngaku”
“Enggak pacaran Natasya, hehe”

Hari yang di tunggu-tunggu para siswa itupun telah datang. Sisi berdandan ala putri seorang raja dan terlihat sangat anggun, sedangkan Putra berdandan ala pangeran yang hendak mencari pasangannya, tak heran jika banyak kaum hawa yang tertegun saat Putra lewat di depan mereka.

“Pagi semua, kali ini saya tidak akan sendirian, saya akan bernyanyi dan di iringi permainan piano dari Putra. Lagu ini khusus saya buat dan saya persembahkan untuk papa yang ada di sana, Sisi berharap papa melihat Sisi disini” sorak tepuk tangan para penonton yang hadir mengiringi awal penampilan Sisi dan Putra.

Ayah dengarkanlah
Ku merindukanmu
Ayah dengarkanlah
Ku ingin berjumpa
Ayah dengarkanlah
Hanya bersamamu, kasih sayang itu kurasakan
Hanya denganmu, belaian lembut itu kudapatkan
Melodi ini kupersembahakn hanyalah untukmu ayah
Tak kan pernah ada yang lain
Hanyalah engkau yang kusayang
Hanyalah engkau yang kucinta
Dengarkanlah ini hanya untukmu

“Trimakasih” ucap Putra dan Sisi bersama’an.

“Sisi anak papa?”
“Papa? Itu papa kan? Papa nonton Sisi?” ucap Sisi yang berlari dan langsung memeluk papanya yang sangat ia rindukan itu.
“Maafkan papa nak, papa telah menyia-nyiakan anak berbakat, baik, dan cantik sepertimu, maafkan papa nak!”
“Maafin Sisi juga pa, Sisi uda buat mama meninggal!”
“Engga sayang, kamu ga salah, mungkin itu memang sudah takdir!”
“Papa, Sisi kangen papa, Sisi kangen kasih sayang papa, belaian papa, pelukan hangat papa, Sisi kangen papa” ucap Sisi yang terus memeluk papa tanpa ingin melepasnya.
“Papa juga kangen kamu nak, papa sangat merindukanmu!”
“Papa jangan pergi-pergi lagi ya, disini Sisi butuh papa”
“Papa janji, papa akan bersama Sisi selamanya”

Tepuk tangan meriah pun menyambut kisah haru antara Sisi dengan papanya itu. Semua penonton merasa terharu saat Sisi kembali bersatu dengan papanya. Begitu juga dengan Putra yang bahagia melihat seorang yang di sayangnya bahagia.

-selesai-

Jagalah, sayangilah kedua orangtua kalian, tanpa mereka kita tidak bisa apa-apa di dunia ini, meskipun sekali atau dua kali mereka melakukan kesalahan, tidak sebanding dengan kasih sayang yang mereka berikan sebelum kita ada di dunia ini, jadi jika kalian masih mempunyai orangtua yang utuh, jagalah mereka dan jangan sia-siakan mereka, jangan sampai kalian menyesal ketika mereka telah pergi.



No comments:

Post a Comment