#BlogArchive1 .widget-content{ height:200px; width:auto; overflow:auto; }

Friday, December 28, 2012

Natural☺ (PART-1)

Langit malam berhiaskan jutaan bintang menjadi atap bagi bumi  malam ini.Cahaya bintang yang terpancar berkelap-kelip menerangi bumi, meskipun dengan jarah yang cukup jauh. Taklupa, bulan purnama yang berbentuk bulat penuh juga ikut menerangi bumi dengan sinar indahnya yang tercipta dari pantulan cahaya matahari.

Bola matanya bergerak perlahan ke kanan lalu bergerak kembali ke kiri, membaca kalimat demi kalimat yang tersusun membuat sebuah cerita dalam novel yang masih di genggamnya.Otaknya sibuk mencerna setiap kata yang masih coba ia cermati, dan berusaha mengerti alur dari jalan cerita novel tersebut.

Nampak binar wajah yang sedih, entah terharu ataupun memang ia telah paham dan mengerti maksud novel tersebut. Raut wajahnya seolah ingin menitihkan air mata atau mungkin air mata itu memang telah jatuh di wajahnya. Namun bagaimanapun terlihat jelas disana, bekas aliran sungai kecil dari kedua sudut matanya yang indah.

Seorang perempuan paruh baya terlihat sedang menghampiri gadis mungil berparas manis dengan gigi gingsulnya yang membuatnya semakin manis. Perempuan itu terlihat membawa secangkir teh hangat dalam genggaman tangan kanan-nya serta penghantar panas yaitu piring kecil.Gadis itu Nampak keget dengan kehadiaran sang Bunda tercinta. Perempuan itududuk di samping sang gadis, lalu memeluk hangat anak semata wayangnya itu. Seolah ia tak mau lagi kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Tepat 2 tahun yang lalu.Gadis kecil itu kehilangan sosok Ayah yang seharusnya masih ada dalam pelukannya sekarang. Ayahnya meninggal karena kecelakaan yang di sengaja oleh anak buahnya sendiri. Entah karena dendam atau memang ingin menguasai harta perusahaan. Setega itu ia membunuh sosok yang telah berjasa membantunya dari awal. Gadis mungil itu terlihat meneteskan air mata kembali ketika ia harus mengingat kepergian sang Ayah tercinta.

“Kenapasih? Kenapa semuanya hanya di pandang sebelah mata? Kenapa? Kenapa semuanya hanya ingin memandang yang indah, resik, elit, bagus! Kenapa mereka ngga mau sesekali memandang di bawah mereka! Yang faktanya itu lebih sakit dan ngga seberuntung mereka!? Apa hanya karena harta, uang, materi mereka hanya mampu melihat kejadian indah. Tanpa mereka sadari dari kejadian indah itu banyak terselip kisah pahit yang benar-benar pahit dari apa yang tidak akan pernah mereka bayangkan sebelumnya!?”.

“Puisi yang indah nyil?! Atau itu curhatan lo ya nyil, hahaha!”
“Diam kamu, kamu ngga akan pernah tau apa yang aku rasain sekarang kan! Puas kamu? Puas kamu ngelihat aku di ejek, di olok-olok sama mereka-mereka yang mampu!?”
“Katanya persahabatan, cinta itu selalu melihat kekurangan menjadi suatu kelebihan! Kamu sendiri pernah denger kan? Tapi apa faktanya Ren? Apa?!”. cerocos gadis mungil yang tak ada hentinya itu.

“Aku yang merasakan kepedihan-mu nyil, aku! Kenapa kamu  selalu mengharap mereka yang memperhatikanmu? Sedangkan aku? Aku yang ada di hadapan kamu sekarang. Bahkan aku pun yang mengharapkan perhatianmu Nyil, mengertilah!”.Ujar sang lelaki dalam hati.

Lelaki itu masih terdiam. Mungkin ia masih mencerna kata demi kata yang di ucapkan oleh gadis mungil, yang sering  ia panggil “nyil” itu.

“Kamu salah! Dan kamu juga salah?” Lelaki itu memulai pembicaraan dengan gadis mungil itu, setelah lebih dari 1jam mereka saling cuek dan hanya berdiam diri.
“Kamu sendiri juga menilai dan melihat orang yang berada diatas kamu, bukan yang berada di bawah kamu!”.
“Sudahkah kamu bersyukur hari ini?” lelaki itu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan gadis itu sendirian di bangku taman kota.

Gadis mungil itu mulai mendongakkan kepalanya kearah langit, menadahkan kepalanya di sandaran bangku taman yang terlihat kusam, namun ia tak memperdulikannya. Ia memandang langit biru serta gumpalan kapas putih yang seolah bergerak lambat. Kedua matanya seolah terasa memanas. Seolah akan ada cairan bening yang hendak menetes dari kedua sudut matanya.


No comments:

Post a Comment